REPUBLIKA.CO.ID, Hidup di hutan, berpindah-pindah (nomaden), dan tak mengenal agama. Begitulah dahulu kehidupan suku Togutil yang mendiami hutan-hutan di Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara. Namun, kini cahaya Ilahi telah menerangi mereka.
Adalah Ustaz Nurhadi, dai dari ormas Hidayatullah, yang memperkenalkan Islam kepada mereka. Alhamdulillah, berkat pendekatan dan pendampingan yang dilakukannya, suku Togutil perlahan-lahan tertarik pada agama rahmatan lil ‘alamin ini.
Saat ini, sudah sekitar 100 orang suku Togutil memeluk agama Islam. Sedikit demi sedikit mereka diajari ajaran Islam, hidup lebih baik, cara bercocok tanam, berpakaian, berperilaku, dan lain sebagainya. Sebelumnya, mereka
Ustaz Nurhadi yang ditugaskan Hidayatullah berdakwah di wilayah pedalaman mengatakan, ada kebutuhan bagi suku Togutil yang sudah memeluk Islam, yakni khitan. Karena itu, setahun silam ia berkomunikasi dengan Islamic Medical Service (IMS) agar bisa diadakan program kesehatan di pedalaman Halmahera Timur, khususnya untuk suku Togutil.
"Alhamdulillah untuk bantuan-bantuan lain sudah banyak yang masuk, namun untuk layanan kesehatan terutama untuk khitanan terhadap masyarakat yang tinggal di pedalaman belum ada sama sekali," kata Ustaz Nurhadi kepada Republika, Ahad (31/3).
Pada akhir Maret 2019, IMS berhasil menjangkau pedalaman Halmahera Timur. Kemudian, dilakukan kegiatan khitanan massal di Desa Wasileo dan Desa Patlean, Kecamatan Maba Utara selama lima hari.
Untuk sampai di dua desa tersebut, tim IMS menempuh perjalanan selama dua hari dari Ternate, dengan dua kali lewat jalur laut dan dua kali jalur darat.
Direktur IMS, Imron Faizin, mengatakan, program khitanan untuk mualaf di pedalaman merupakan salah satu program unggulan IMS. Sejauh ini, sudah sekitar 1.200 mualaf di pedalaman telah dikhitan oleh IMS.
"Kali ini pedalaman Halmahera Timur menjadi perhatian untuk dapat digelar khitanan bagi warga dhuafa dan mualaf yang tinggal di daerah terpencil," kata dia.
Imron memimpin langsung tim IMS ke pedalaman Halmahera Timur. Sebanyak 120 mualaf dan warga dhuafa telah dikhitan. Sebenarnya masih ada ratusan Muslim lainnya yang berharap bisa dikhitan.
‘’Semoga semuanya nanti dapat terlayani dengan baik,’’ kata dia.
Selain menggelar khitanan massal, IMS juga memberikan layanan kesehatan lainnya. Hal ini terasa istimewa mengingat belum pernah ada tim medis yang terdiri atas dokter dan asistennya (perawat) lengkap dengan obat-obatan mengunjungi daerah-daerah pedalaman di Kabupaten Halmahera Timur.
"Masyarakat di pedalaman Halmahera Timur dan suku Togutil sebagian besar menderita penyakit kulit, gangguan telinga, asma, dan infeksi saluran pernapasan akut," kata Imron.
IMS memberikan layanan kesehatan berupa pengobatan umum terhadap 100 pasien di Desa Wasileo, Kecamatan Maba Utara. Kemudian, IMS menuju Desa Patlean menggunakan mobil bak terbuka selama tiga jam perjalanan menyusuri hutan, rawa, dan pantai. Di Desa Patlean pun sebanyak 100 warga mendapatkan layanan kesehatan.
Kepala Desa Wasileo, Hasan Sulaiman mengungkapkan rasa syukurnya dan berterima kasih kepada IMS atas layanan yang diberikan untuk warganya.
‘’Ini luar biasa, IMS jauh-jauh datang dari Jakarta untuk memberikan layanan khitanan massal dan pengobatan secara gratis,’’ katanya.
Ungkapan syukur juga disampaikan Janunu, warga pedalaman Halmahera Timur. Menurut pria berusia 43 tahun ini, dokter dari IMS adalah dokter pertama yang datang.
"Semoga IMS bisa datang lagi ke sini dan daerah-daerah pedalaman lain di Halmahera," ucap dia penuh harap.
(ed: wachidah handasah)