Senin 01 Apr 2019 06:09 WIB

Golan dan the Big Deal Presiden Trump

Dataran Tinggi Golan kini diakui Trump dan Netanyahu sebagai wilayah Israel.

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto:

Pertemuan-pertemuan Gerakan Non-Blok kini hanya sekadar seremonial belaka.

Begitu juga dengan OKI, yang dulu singkatan dari Organisasi Konferensi Islam.

Organiasi ini didirikan di Rabat, Maroko, pada 1969, sebagai reaksi terhadap pembakaran Masjid al-Aqsha. Namun, hingga kini nasib masjid yang menjadi kiblat pertama umat Islam ini justru lebih merana. Zionis Israel semakin semena-mena memperlakukan Masjid al-Aqsha.

Karena tidak efektifnya organisasi ini dalam membela Palestina dan Masjid al-Aqsha, orang pun memplesetkan OIC (Organisation of Islamic Cooperation) dengan Oh I See.

Liga Arab? Kini tidak ada lagi negara besar nan kuat anggota Liga Arab yang berani melawan Zionis Israel seperti Mesir zaman Abdul Nasir, Irak era Saddam Husein, Suriah pada masa Hafid Assad, dan Saudi zaman Raja Faisal bin Abul Aziz. Mesir sejak 1978 telah menjalin perdamaian dengan Israel. Irak sedang kacau.

Suriah di mana Golan sebagai wilayahnya kini dalam kondisi sangat lemah, setelah dikoyak perang saudara, ISIS, dan perebutan pengaruh kekuatan asing. Rezim Presiden Bashar Assad pun mungkin sudah jatuh bila tidak didukung Rusia dan Iran.

Sedangkan Arab Saudi kini lebih disibukkan dengan persoalannya sendiri. Selain mempimpin pasukan koalisi untuk menyerang kelompok Houthi di Yaman, mereka juga sibuk dengan Iran yang dianggap sebagai ancaman.

Bahkan mereka menganggap Iran lebih berbahaya daripada Israel. Mereka pun menjadikan Amerika sebagai pendukungnya dalam menghadapi apa yang disebut bahaya Iran. Presiden Trump pun pernah mengatakan, kalau tidak didukung Amerika, dalam dua pekan Saudi bisa ambruk.

Di Dewan Kerja Sama Teluk, Saudi juga memimpin sejumlah negara Arab untuk mengucilkan Qatar. Alasannya, Qatar berhubungan dekat dengan Iran dan dituduh menjadi ‘pelindung’ kelompok-kelompok teroris, yang dianggap bisa membahayakan keamanan dan stabilitas Arab Saudi dan negara kawasan.

Presiden Trump tampaknya paham betul kondisi dunia saat ini. Kecaman para pemimpin lembaga-lembaga internasional, Nonblok, OKI, Liga Arab, Dewan Kerja Sama Teluk, dan para pemimpin negara di Timur Tengah hanyalah omdo alias omong doang atau NATO, no action talk only.

photo
Dataran Tinggi Golan: Seekor kuda berjalan di salju di wilayah Golan yang dikuasai Israel. Presiden AS Donald Trump telah mengakui klaim Israel atas wilayah Golan, Senin (25/3).

Pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan Golan sebagai wilayah negara Yahudi itu tampaknya hanyalah sebagai ‘pemanasan’ dari the Big Deal of the Century. Yakni sebuah kesepakatan yang dirancang Presiden Trump melalui menantunya, Jared Kushner, yang ditugaskan menjadi utusan khususnya untuk Timur Tengah.

Kesepakatan yang dimaksudkan untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah versi Trump ini pastinya akan dipaksakan untuk diterima pihak-pihak terkait, terutama para pemimpin negara-negara Arab, dengan landasan kepentingan Israel adalah the first.

Apalagi, Trump akan mencalonkan kembali sebagai presiden AS untuk periode keduanya tahun depan. Lobi Yahudi tentu sangat penting baginya untuk memenangkan pemilihan presiden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement