Rabu 27 Mar 2019 23:13 WIB

Dailami Firdaus: Tarif MRT Kurang Memihak Kalangan Bawah

Anggota DPD DKI meyakini transportasi umum sepatutnya menjangkau kalangan bawah

Rep: Muhammad Tiarso Baharizqi / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Suasana MRT Jakarta
Foto: istimewa
Suasana MRT Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Anggota DPD DKI Jakarta Dailami Firdaus memberikan tanggapannya mengenai tarif transportasi Moda Raya Terpadu (MRT). Ia menilai tarif yang akan diberlakukan dirasa masih kurang memihak kepada masyarakat menengah kebawah.

"Masih belum sesuai dengan kalangan masyarakat bawah. Kita sadari dan lihat sendiri, bahwasannya Transportasi umum masih menjadi idola bagi masyarakat menengah kebawah, Kata Dailami saat dihubungi Republika.co.id, Rabu, (26/3). 

Baca Juga

Dailami menjelaskan, saat ini transportasi umum masih didominasi oleh masyarakat kelas menengah kebawah. Sehingga harus ada upaya yang ekstra dan harus didukung oleh masyarakat secara utuh dan penuh agar segala program pemerintah terutama dalam mengatasi kemacetan dapat terlaksana.

"Memang masih sulit untuk menyesuaikannya. Maka dari itu yang dibutuhkan adalah upaya dari seluruh masyarakat untuk mengatasi permasalahan kemacetan yang selama ini belum terselesaikan," Katanya. 

Selain itu menurutnya, semua pihak juga harus memberikan apresiasi penuh terhadap upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjadikan transportasi umum dapat dinikmati oleh masyarakat. Karena pemerintah telah berupaya untuk mengubah budaya memakai transportasi pribadi ke transportasi umum. 

"Nilai tarif yang diberlakukan saat ini sebenarnya ditujukan untuk menarik pengguna kendaraan pribadi beralih kepada sarana transportasi umum dalam hal ini MRT," Katanya. 

Dailami menambahkan, kehadiran MRT jelas menjadi sebuah babak baru bagi transportasi umum di Indonesia khususnya di DKI jakarta. Menurutnya saat ini pekerjaan rumah yang paling utama dari pemerintah adalah bagaimna menarik keinginan agar masyarakat menengah keatas terutama yang biasa mengunakan kendaraan pribadi agar dapat beralih mengunakan transportasi umum.

"Segala upaya ini untuk mengatasi kendala-kendala klasik seperti area kerja yang masih relatif jauh dari lokasi stasiun MRT, efisiensi waktu dan lain halnya. Karena yang terhitung adalah jarak ketepatan dan kecepatan antar stasiun MRT, bukan ketepatan terhadap lokasi aktifitas penguna atau pekerja", Ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement