Rabu 27 Mar 2019 18:08 WIB

Riau Gelar Operasi Gabungan Bersihkan Jerat Harimau

Jerat harimau telah memakan korban bukan saja satwa langka tetapi juga jagawana.

Kepala Balai Besar KSDA Riau Suharyono menjelaskan kronologis penyelamatan satwa liar Harimau Sumatera yang terkena jerat ketika konfrensi pers di Kantor BBKSDA Riau di Pekanbaru, Riau, Selasa (26/3/2019).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Kepala Balai Besar KSDA Riau Suharyono menjelaskan kronologis penyelamatan satwa liar Harimau Sumatera yang terkena jerat ketika konfrensi pers di Kantor BBKSDA Riau di Pekanbaru, Riau, Selasa (26/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau akan menggelar operasi gabungan untuk membersihkan jerat kawat baja di hutan Restorasi Ekosistem Riau (RER). Operasi tersebut dilakukan pascainsiden terjeratnya harimau sumatera liar di kawasan itu.

"Kami akan melakukan operasi gabungan untuk membersihkan jerat di sana karena sepertinya ada banyak jerat yang ditemukan," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono, di Pekanbaru, Rabu.

Baca Juga

Sebelumnya, harimau sumatera terjerat di kawasan RER yang dikelola PT Gemilang Cipta Nusantara (GCN) di Desa Sangar Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, pada pekan lalu. Perusahaan dari April Group ini mengantongi izin restorasi ekosistem dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kawasan Semenanjung Kampar, Kabupaten Pelalawan, sejak 2012 dengan luas 20.265 hektare.

photo
Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau menunjukan jerat yang membunuh harimau sumatra liar, di Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (27/9). Pekan lalu, bukan cuma satwa langka itu yang terjerat, jagawana juga menjadi korban.

Hasil diagnosis awal tim medis menyatakan harimau itu berjenis kelamin jantan dengan perkiraan usia 3-4 tahun. Harimau berbobot sekitar 90 kilogram itu terkena jerat di kaki kiri bagian depan.

Harimau malang tersebut diperkirakan sudah terjerat selama tiga hari. Suharyono mengatakan operasi gabungan itu juga akan melibatkan pihak perusahaan.

"Sudah pasti itu jerat pemburu," katanya.

Suharyono mengapresiasi PT GCN yang kooperatif untuk penanganan satwa langka itu sehingga bisa dievakuasi dengan selamat. Ia menjelaskan, kawasan RER merupakan hutan sekunder yang diperuntukan bukan untuk ditebang, melainkan untuk dikembalikan lagi menjadi hutan alam.

"Saya berterima kasih kepada pihak GCN yang sudah punya itikad baik untuk melapor ke kami sehingga satwa ini bisa diselamatkan," katanya.

Sementara itu, Direktur External Affairs RER Nyoman Iswarayoga mengatakan ini adalah kasus pertama ada harimau terjerat di kawasan itu. Ia menyambut baik penanganan lebih lanjut untuk membersihkan kawasan dari pemburu harimau.

"Penyelidikan lebih lanjut akan kita lakukan yang berkerjasama dengan BBKSDA dan aparat (polisi) karena ini juga menjadi kewenangan mereka untuk mendalami dan mencegah terjadi lagi di kemudian hari," kata Nyoman.

Menurut Nyoman, lokasi kejadian berada di ujung timur konsesi GCN. Pada saat yang sama dengan temuan harimau terjerat, seorang jagawana juga terkena jerat pemburu di areal itu. Jagawana itu merupakan bagian tim patroli rutin yang sedang menyisir daerah itu.

Berdasarkan riset dari lembaga perlindungan satwa WWF dan WCS (Wildlife Conservation Society), menurut Nyoman, kawasan Semenanjung Kampar merupakan kantong populasi harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) kelas 2 yang mampu menampung hingga 50 individu. Ketika RER melakukan pendataan keanekaragaman hayati, imaji satwa belang itu juga pernah terjepret kamera perangkap (camera trap) di kawasan itu.

Namun, ia mengatakan belum pernah ada penelitian khusus untuk menghitung populasi harimau di RER.

"Setelah ada kejadian ini, Tim Jagawana akan meningkatkan patroli untuk mencari dan membersihkan jerat-jerat karena itu membahayakan tim kami juga," kata Nyoman.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement