REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat menawarkan kawasan di Segitiga Rebana (Cirebon, Patimban, Kertajati) untuk menggenjot industri tekstil. Sekertaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Iwa Karniwa mengatakan relokasi ke kawasan industri khusus tersebut, menunggu kesiapan pengusaha.
Industri tekstil memiliki peran yang strategis dalam perekonomian karena menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar, menyumbang devisa. "Targetnya bagaimana kesiapan teman-teman di industri ini. Prinsipnya kita sudah mulai melakukan sosialisasi dan kita ingin membuat master plan yang baik," ujar Iwa di sela Focus Group Discussion (FGD) Revitalisasi Industri Tekstil dan Pakaian di Provinsi Jawa Barat, Selasa (26/3).
Iwa menilai, harus ada lompatan untuk pembangunan yang terstruktur dan sistemik. Karena kekalahan kita dalam daya saing adalah tidak terintegrasi secara baik di pola transformasi sehingga terjadi high cost economy.
Saat ini, kata Iwa, ekspor terbesar di Jawa abarat adalah sektor tekstil. Pemprov Jabar pun, mendorong industri padat karya agar bisa menempati lokasi di lahan 3.448 hektare segitiga rebana. DimanaN Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati merupakan batas paling selatan segitiga tersebut. Batas utaranya Pelabuhan Patimban dan batas timurnya Pelabuhan Cirebon.
Direncanakan, kata dia, Segitiga Rebana akan terwujud pada 2021. Kelak jika Segitiga Rebana terealisasi semua industri padat karya di sepanjang DAS Citarum pindah ke kawasan tersebut. Dengan begitu pencemaran limbah di DAS Citarum, bisa diminimalisasi.
"Kita akan dorong di samping resolusi Citarum Harum karena ada beberapa cara. Maka kita akan dorong supaya nanti menawarkan kepada industri padat karya khususnya alas kaki dan juga tekstil dan pakaian untuk bisa secara bersama kita relokasi ke sana, masuk ke Segitiga Rebana," kata dia.
Sedangkan untuk arah city sendiri, kata dia, sudah dibuatkan masterplan 3.448 hektare. Untuk bandara sendiri, di dorong 1.800 hektare. Dari sisi luasan kawasan, Iwa menilai harus dibebaskan langsung sekaligus secara modular sesuai kemampuan cash flow dan pembayaran kapasitas ekonomi nantinya. Agar, hal ini bisa menjadi solusi.
"Jadi solusi Citarum selesai, dan industri juga mendapatkan upah yang wajar dari di mana tempat lokasinya berada," katanya.