Selasa 26 Mar 2019 08:41 WIB

Masih Trauma, Warga Pamona Utara Pilih Tidur di Tenda

Warga Pamona Utara membangun tenda di depan rumahnya.

Seorang pasien dievakuasi dari rumah sakit setelah gempa kuat di Poso, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9).
Foto: AP/Yoanes Litha
Seorang pasien dievakuasi dari rumah sakit setelah gempa kuat di Poso, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Sebagian warga di sejumlah desa terdampak bencana alam gempa bumi 5,7 Skala Richter (SR) di Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, hingga kini masih tidur di tenda-tenda yang dibangun sendiri di halaman rumah. Mereka belum merasa aman untuk kembali masuk ke rumah.

"Saya kemarin Senin (25/3) 2019 sempat ke lokasi bencana di Kecamatan Pamona Utara dan memang sebagian warga memilih untuk membuat tenda karena merasa takut dan khawatir karena trauma dengan gempa yang terjadi di Kota Palu akhir September 2018 lalu," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Poso, Bastian Mentiri, Selasa, di Poso.

Baca Juga

Bastian mengatakan adalah hal yang wajar kalau warga merasa khawatir. Apalagi, bencana alam yang melanda Palu dan beberapa daerah lainnya di Sulteng seperti Sigi dan Donggala memang cukup dashyat.

Bencana alam tersebut menimbulkan banyak kerusakan baik bangunan rumah penduduk, perkantoran, pusat-pusat perbelanjaan, infranstruktur jalan, jembatan, listri, telekomunikasi, sarana air bersih, irigasi dan sarana pendidikan serta kesehatan. Bencana itu juga menelan banyak korban jiwa hingga mencapai ribuan jiwa meninggal dunia dan hilang diterjang gempa, tsunami, dan likuifaksi.

Rata-rata warga di sejumlah desa di Kecamatan Pamona Utara yang dilanda gempa bumi pada Ahad (24/3) tersebut masih trauma sehingga mereka memilih sementara membuat tenda di halaman yang kosong dan depan rumah. Saat gempa terjadi, banyak warga yang sedang melaksanakan ibadah di gereja-gereja. Mereka berhamburan keluar karena takut tertimpa reruntuhan bangunan.

Tidak ada korban jiwa saat gempa bumi mengguncang Pamona Utara. Peristiwa tersebut hanya menimbulkan puluhan rumah warga mengalami kerusakan, tetapi tidak parah.

Ada rumah atau gereja dan pura tempat sembayang umat Hindu di sejumlah desa di wilayah Pamona Utara yang mengalami retak-retak. Hanya ada satu dua rumah dan pura yang memang hancur.

"Itu pun memang bangunannya hanya dari batako sehingga mudah roboh," kata dia.

Bastian mengimbau warga untuk tidak merasa khawatir berlebihan. "Yang terpenting saat ada gempa jangan tinggal diam dalam rumah atau bangunan. Lebih baik cepat keluar menyelamatkan diri," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement