Senin 25 Mar 2019 21:45 WIB

Jokowi: Negara Jangan Dipimpin oleh Orang yang Coba-Coba

Pemimpin jangan coba-coba karena menyangkut kemaslahatan 269 juta penduduk Indonesia.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andri Saubani
Suasana kampanye Calon Presiden (Capres) RI Nomor Urut 1, Joko Widodo (Jokowi) di GOR Ken Arok, Kota Malang, Senin (25/3).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Suasana kampanye Calon Presiden (Capres) RI Nomor Urut 1, Joko Widodo (Jokowi) di GOR Ken Arok, Kota Malang, Senin (25/3).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Calon Presiden (Capres) Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan untuk menjadi pemimpin negara tidak boleh coba-coba. Pasalnya, hal ini berkaitan dengan kemaslahatan 269 juta penduduk Indonesia.

Seperti diketahui, Indonesia itu sebuah negara besar dengan jumlah penduduk sebanyak 269 juta orang. Kemudian juga terbagi dalam 514 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi se-Indonesia.

"Jangan sampai yang besar ini dinahkodai oleh orang yang belum berpengalaman. Jangan nyoba-nyoba, karena ini menyangkut 269 juta penduduk Indonesia. Masak kita mau dicoba-coba?" kata Jokowi saat mengisi kampanye di GOR Ken Arok, Kota Malang, Senin malam (25/3).

Dari pengalaman pribadi, Jokowi menerangkan, pernah menjabat sebagai wali kota sebanyak dua kali. Ditambah lagi, sempat dipercaya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Lalu menjabat sebagai Presiden RI ketujuh selama 4,5 tahun.

Sebelum terjun ke dunia pemerintahan, Jokowi menceritakan, dirinya bergelut dalam dunia usaha. Kemudian memasuki dunia pemerintahan dengan diangkatnya sebagai Wali Kota Solo selama dua periode.

"Masuk ke pemerintahan, saya belajar dua tahun padahal dalam satu kota. Ini 514 kota/kabupaten, kok coba-coba? Ini tidak mudah, saya dulu sebagai walikota belajar dua kali, apalagi negara dengan 514 kabupaten/kota," jelas Jokowi.

Di sisi lain, Jokowi mengaku sangat menghargai segala perbedaan termasuk di Kota Malang yang dikenal sebagai miniaturnya Indonesia. Berbagai macam suku, agama dan daerah berkumpul di kota tersebut.

Meski berbeda, kata Jokowi, Kota Malang nyatanya selalu hidup rukun hingga kini. Hal ini terlihat jelas di mana bangunan Masjid Jami dan Gereja Immanuel Malang dapat berdiri secara berdampingan. Tidak ada pertengkaran apalagi perselisihan umat yang berbeda di lokasi bersejarah tersebut.

"Ini perlu dicontoh kota lain," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement