Senin 25 Mar 2019 21:36 WIB

Karawang Targetkan Pembangunan RS Paru-paru Selesai Juli

Pembangunan RS dari dana cukai rokok

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Hasil Sinar-X dada seorang penderita Tuberkulosis (TB) tingkat lanjut. Panah putih menunjukkan adanya infeksi pada kedua belah paru-paru. Panah hitam menunjukkan adanya lubang yang sudah terbentuk.
Foto: Wikipedia
Hasil Sinar-X dada seorang penderita Tuberkulosis (TB) tingkat lanjut. Panah putih menunjukkan adanya infeksi pada kedua belah paru-paru. Panah hitam menunjukkan adanya lubang yang sudah terbentuk.

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Pemkab Karawang, menargetkan pembangunan RS Paru-paru yang berada di Kecamatan Jatisari, akan selesai pada Juli mendatang. Pasalnya, saat ini pembangunan fasilitas kesehatan pertama di wilayah Pantura Jabar itu, memasuki tahapan finishing. Sehingga, dalam waktu dekat warga dengan riwayat penyakit paru-paru yang ada di wilayah Karawang, Subang dan Purwakarta bisa berobat ke RS tersebut.

Asda II Bidang Pembangunan Setda Karawang, Ahmad Hidayat, mengatakan, RS Paru-paru ini dibangun di atas lahan seluas 2,2 hektare. Adapun arsitekturnya mengusung konsep go green. Sebab, dari total lahan itu, 20 persennya untuk bangunan. Sisanya, untuk fasilitas lainnya. Seperti, taman terapi. 

"Jadi, lebih banyak unsur alamnya," ujar Ahmad, melalui rilis, Senin (25/3).

Ahmad menjelaskan, RS Paru-paru ini dibangun melalui sumber dana bagi hasil cukai tembakau (DBHCT). Pada 2012 lalu, Karawang menerima DBHCT sebesar Rp 152,6 miliar. Dana tersebut, diserap untuk pengadaan lahan dan pembangunan RS tersebut.

Adapun pembangunan RS ini, diawali pada Agustus 2018 lalu. Karena itu, Juli mendatang ditargetkan pembangunannya selesai. Selain membangun ruangan rawat inap dan rawat jalan serta fasilitas lainnya, tahapan rekrutmen tenaga medisnya akan dilakukan setelah pembangunan selesai.  

Dengan begitu, ketika RS ini dioperasikan secara resmi, semua komponennya sudah siap. Selain untuk penyakit paru-paru, lanjut Ahmad, RS ini juga melayani penyakit umum lainnya. Karenanya, RS ini akan menjadi rujukan bagi pasien yang ada di wilayah Subang, Karawang dan Purwakarta. 

Ahmad menjelaskan, operasional RS Paru-paru itu akan ditopang dari DBHCT yang diterima Pemkab Karawang. Adapun pembangunan RS tersebut, sudah dikoordinasikan dengan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan cukai (KPPBC) Purwakarta.

Setiap tahun, DBHCT untuk Karawang berkisar pada angka Rp 85 miliar. Namun, jumlahnya tidak pas segitu. Melainkan, fluktuasi setiap tahunnya. Tergantung, dari ketentuan Kementerian Keuangan.

"Alasan dibangunnya RS Paru-paru ini, salah satunya untuk menangani dampak dari merokok," ujar Ahmad. 

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, Yuska Yasin, mengatakan, RS Paru-paru Jatisari ini rencananya akan memiliki 106 tempat tidur. Tak hanya fasilitas rawat inap, raeat jalan, taman terapi dan lainnya, pemkab juga akan membangunkan rumah singgah. Rumah singgah ini, diperuntukan bagi pasien yang rumahnya sangat jauh dari RS tersebut.

"Kita ingin, memberikan pelayanan maksimal ke masyarakat. Terutama, penderita TBC, ISPA ataupun riwayat penyakit yang berkaitan dengan paru-paru dan pernafasan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement