Ahad 24 Mar 2019 13:22 WIB

Imam Nahrawi Kisahkan Masa Kecil Menjadi Santri

Orang tua Imam Nahrawi harus menjual sawah untuk biaya kuliah.

Menpora Imam Nahrawi hari Sabtu (23/4) hadir sebagai bintang tamu di acara tapping Mata Najwa OnStage Kediri di GOR Jayabaya, Kediri, Jawa Timur.
Foto: kemenpora
Menpora Imam Nahrawi hari Sabtu (23/4) hadir sebagai bintang tamu di acara tapping Mata Najwa OnStage Kediri di GOR Jayabaya, Kediri, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Menpora Imam Nahrawi Sabtu (23/4) hadir sebagai bintang tamu di acara tapping Mata Najwa OnStage Kediri di GOR Jayabaya, Kediri, Jawa Timur. Menpora bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memberikan motivasi perjalanan hidupnya kepada anak muda Kediri yang langsung dipandu oleh Najwa Sihab.

 

Baca Juga

Cerita dua perjalanan tokoh asal Jawa Timur ini tergolong cukup menarik, mulai perjalanan mereka dari kecil hingga terjun menjadi politisi sampai menjadi pejabat negeri ini diulas semua oleh Najwa Sihab. Kepada Menpora, Nana menanyakan menanyakan cerita bagaimana menjadi seorang santri.

 

Ketika mendapat pertanyaan tersebut, Menteri asal Bangkalan Madura Jawa Timur ini menceritakan pendidikan selama di pondok pesantren menjadi santri sangat mempengaruhi hidupnya hingga saat ini. Selain diajarkan tentang agama, di pesantren para santri juga diajarkan bagaimana cara hidup disiplin yang luar biasa.

Menurut dia, menjadi santri di pondok pesantren adalah pelajaran hidup yang kedua setelah dari kedua orang tua. Di sana, selain dituntut keras untuk belajar agama, santri kita juga belajar disiplin dan kesetiaan.

"Kita harus disiplin dan setia dengan perintah Kyai, mulai antri makan hingga mandi kita harus diajarkan displin yang luar biasa. Karenanya saya bangga sebagai santri," kata Menpora.  

 

Setelah menjadi santri, Menpora pun menceritakan dirinya ketika menjalan masa lulus SMA dan menuju kuliah. Perjuangan kedua orang tuanya untuk mewujudkan mmpi anaknya bisa kuliah di Surabaya sangat luar biasa.

"Saya oleh kedua orang tua ketika lulus SMA sempat disuruh pergi ke Malaysia karena ada saudara di sana, tapi saya waktu itu memutuskan untuk kuliah di Surabaya," kenang Menpora.

Alhasil, sang orang tua pun harus menjual sawahnya demi menyekolahkan Menpora. "Dan alhamdulilah kuliah saya bisa berjalan baik meski saya dulu sering tidur dari masjid ke masjid, karena tidak sanggup sewa kos," kenangnya.

 

Perjalanan hidup yang mengantarkan dirinya seperti sekarang bisa menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). Diakuinya, menjadi menteri tidak pernah ada dalam impian Imam Nachrawi.

"Saya sebenarnya ingin menjadi guru, namun Allah memberikan jalan lain yang akhirnya bisa mengantarkan saya seperti sekarang. Saya berpesan kepada adik-adiku semua, jangan pernah takut bermimpi, karena dengan bermimpi kalian akan memiliki motivasi hidup. Jadilah kalian sebagai orang yang bermanfaat untuk siapapun," katanya 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement