Sabtu 23 Mar 2019 09:06 WIB

Saat Rakyat Selandia Baru Bersatu Dukung Muslim

Rakyat Selandia Baru menunjukkan aksi solidaritas tinggi kepada Muslim.

Rep: Fergie Nadira, Idealisa Masyrafina/ Red: Elba Damhuri
Umat muslim melintasi karangan bunga yang diletakkan warga di depan Masjid Wellington saat pelaksanaan salat Jumat pertama pascapenembakan di dua masjid kota Christchurch pada Jumat (15/3) di Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Jumat (22/3/2019).
Foto: Antara/Ramadian Bachtiar
Umat muslim melintasi karangan bunga yang diletakkan warga di depan Masjid Wellington saat pelaksanaan salat Jumat pertama pascapenembakan di dua masjid kota Christchurch pada Jumat (15/3) di Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Jumat (22/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Masyarakat Selandia Baru memberikan dukungan yang begitu luar biasa terhadap penduduk Muslim setempat saat acara peringatan sepekan pascateror. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern dan warga non-Muslim bahkan ikut menghadiri shalat Jumat di Hagley Park, Christchurch, kemarin.

Ada ribuan Muslim yang mengikuti ibadah shalat Jumat tersebut. Sementara, warga non-Muslim yang hadir berdiri di sisi-sisi lapangan untuk menyaksikan dan menjaga jamaah shalat Jumat sebagai bentuk solidaritas.

Baca Juga

Shalat Jumat di dekat Masjid an-Noor, yang menjadi salah satu lokasi penembakan tersebut, disiarkan secara langsung oleh stasiun radio dan televisi nasional. Begitu pula dengan azan yang turut dikumandangkan ke seluruh penjuru Selandia Baru.

Melansir Radio New Zealand (RNZ), azan shalat Jumat berlangsung sekitar pukul 13:30 waktu setempat dengan durasi sekira satu menit lebih 40 detik. Sesuai azan pertama dikumandangkan, masyarakat Selandia Baru di berbagai penjuru mengheningkan cipta selama dua menit.

photo
Warga Wellington memeluk umat muslim di Masjid Wellington saat pelaksanaan salat Jumat pertama pascapenembakan di dua masjid kota Christchurch pada Jumat (15/3) di Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Jumat (22/3/2019).

Imam Masjid an-Noor Gamal Fouda dalam khutbahnya menyampaikan bahwa aksi terorisme yang terjadi pada Jumat (15/3) tak akan bisa memecah belah Selandia Baru.

"Hati kita memang hancur, tapi kita tidak bisa dihancurkan. Selandia Baru tak bisa dipecah-belah," kata Gouda di atas mimbar, seperti dilansir laman nzherald.co.

Fouda melanjutkan khutbahnya dengan mengenang aksi terorisme yang dilakukan warga Australia penganut supremasi kulit putih, Brenton Tarrant. Kala itu, Fouda menatap langsung mata Tarrant yang penuh kebencian.

"Tapi sekarang, yang saya lihat hanyalah cinta dan kasih sayang ketika ribuan orang berkumpul di sini. Terima kasih atas bunga dan semua dukungan kalian," ujarnya.

Fouda sangat mengapresiasi sikap PM Selandia Baru Jacinda Ardern dalam merespons aksi terorisme. Menurut dia, sikap Ardern yang begitu mengedepankan toleransi dan solidaritas menjadi pembelajaran bagi para pemimpin di dunia.

"Terima kasih juga kepada tetangga kami yang membuka pintu untuk menyelamatkan kami dari si pembunuh," kata dia.

PM Selandia Baru Jacinda Ardern menghadiri acara peringatan dengan mengenakan pakaian dan kerudung hitam. Ia memakai pasmina yang sama ketika pertama kali mengunjungi Christchruch setelah terjadinya penembakan.

Seperti dilansir RNZ, PM wanita termuda di dunia itu menyaksikan seluruh prosesi shalat Jumat hingga tuntas.

photo
Berbagai elemen masyarakat membuat tirai manusia ketika umat muslim melaksanakan sholat jumat pertama pascapenembangan di dua masjid kota Christchurch pada Jumat (15/3) di Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Jumat (22/3/2019).

Ardern sempat menyampaikan pidatonya. Ia membuka kalimat dengan mengucapkan salam menggunakan bahasa Arab.

"Assalamualaikum wr wb," ujar Ardern menyapa.

Di depan puluhan ribu warga yang hadir, Ardern mencoba menyampaikan ajaran Nabi Muhammad SAW tentang persaudaraan.

"Menurut Nabi Muhammad, orang-orang yang saling menyayangi, saling mengasihi, sudah seperti satu tubuh. Ketika ada bagian tubuh yang menderita, seluruh tubuh merasakan sakit," kata Ardern. "Selandia Baru turut merasakan duka yang kalian rasakan. Kita adalah satu," ujar dia lagi.

Berbagai bentuk solidaritas ditunjukkan masyarakat Selandia Baru, salah satunya lewat gerakan menggunakan hijab oleh para wanita. Mereka juga berbagi foto mengenakan jilbab dengan tagar #headscarfforharmony dan #Scarvesinsolidarity. Gerakan ini diinisiasi Dewan Wanita Islam Selandia Baru dan Asosiasi Muslim Selandia Baru.

"Untuk menghormati mereka yang terbunuh dalam serangan teror Christchurch, sejumlah warga Selandia Baru mengenakan jilbab untuk bergabung dan dalam solidaritas dengan saudari kita. #JilbabForHarmony," kata seorang warganet bernama Rita Thomas dalam akun Twitter-nya.

Komentar serupa diucapkan warganet lainnya, Arna Alayne. "#Scarvesinsolidarity Kenakan jilbab hari ini untuk menunjukkan solidaritas dengan komunitas Muslim setelah aksi teroris mengerikan yang dilakukan terhadap mereka pada 15 Maret di Christchurch," ujar Alayne.

Selain itu, sejumlah Koran Selandia Baru mendedikasikan sampul halaman depan untuk korban Christchruch.

Seperti dirangkum the Guardian, Jumat (22/3), media the Press Newsroom menampilkan halaman depan bertuliskan salam dalam bahasa Arab. Di bawahnya diberi keterangan "Salam, damai".

Di halaman depan bagian bawah surat kabar itu, tercatat nama-nama korban jamaah shalat Jumat yang pekan lalu diberondong tembakan oleh pria Australia yang kini sudah mendekam di penjara.

The New Zealand Herald menampilkan halaman depan dengan latar belakang hijau dengan lambang masjid bertuliskan "Panggilan untuk berdoa. Dalam persatuan ada kekuatan."

Otago Daily Time menyajikan halaman depannya dengan foto-foto solidaritas rakyat yang berkumpul untuk mengenang para korban serangan pekan lalu. Di tengah foto disisipkan judul "A City United" atau "Seluruh Kota Bersatu".

Setelah prosesi peringatan dan ibadah shalat Jumat digelar, dilakukan proses pemakaman terhadap 26 korban jiwa. Proses pemakaman diwarnai isak tangis. Apalagi, ketika jenazah seorang anak bernama Mucaad Ibrahim (3 tahun) dimasukkan ke dalam liang kubur.

Proses pemakaman yang berlangsung sekitar dua jam itu dihadiri 5.000 pelayat. Jumlah itu mencapai sepersepuluh dari polulasi Muslim Selandia Baru. Dalam kesempatan terpisah, Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Winston Peters menegaskan, Pemerintah Selandia Baru akan menjamin keamanan dan keselamatan setiap warga Muslim di negaranya pascainsiden penembakan dua masjid di Christchurch pekan lalu yang menewaskan 50 orang.

"Kami akan terus memastikan komunitas Muslim di Selandia Baru merasa aman. Itu menjadi fokus kami saat ini," kata Peters dalam pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Turki, Jumat (22/3), seperti dikutip laman Sputnik.

(kamran dikarma ed: satria kartika yudha)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement