REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Mass Rapid Transit (MRT) atau Moda Raya Terpadu sudah mendapat izin operasi dari Gubernur DKI Jakarta. Nantinya, MRT resmi beroperasi pada 25 Maret 2019, sehari setelah diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 24 maret 2019.
Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar mengatakan, sudah mendapatkan izin operasi sarana dan prasarana dari Gubernur DKI Jakarta. Keputusannya diterbitkan dengan nimor 524 dan 525 tahun 2019.
“Sudah mendapat izin tanggal 21 Maret 2019, kemarin malam. Kalau nomor 524 tentang izin operasi prasarana perkeretaapian umum perseroan terbatas MRT Jakarta. Sedangkan nomor 525 izin sarana perkeretaapian umum perseroan terbatas MRT Jakarta,” ucapnya di kantor MRT Jakarta, Wisma Nusantara, Jakarta Pusat, Jumat (22/3).
MRT akan benar-benar beroperasi komersial pada 1 April 2019. Namun, pada 25 Maret hingga 31 Maret 2019 MRT diberlakukan gratis untuk semua masyarakat. MRT akan beroperasi mulai dari pukul 05.30 sampai 22.30 WIB. “Satu minggu akan diberlakukan secara gratis. Kalau 1 Aprilnya memang sesuai arahan dari Pak Gubernur akan operasikan MRT secara komersial atau berbayar,” ujarnya.
MRT. Rangkaian Kereta MRT koridor Lebak Bulus-Bundaran HI melintas di kawasan Fatmawati, Jakarta, Rabu (20/3).
Walaupun pengoperasian MRT ini diberlakukan gratis, masyarakat harus membeli kartu. Ada dua jenis kartu, yaitu, single trip ticket dengan harga kartu Rp 15 ribu dan multi trip tiket Rp 25 ribu.
Untuk pembelian kartu bisa dilakukan di mesin tiket otomatis dan loket tiket di stasiun MRT Jakarta. Setelah membeli kartu dan mengisi saldo, masyarakat bisa naik MRT tanpa ada pengurangan saldo di kartu MRT Jakarta.
William melanjutkan akan mempersiapkan tujuh rangkaian kereta yang siap dioperasikan dan satu rangkaian kereta cadangan. Penumpang bisa menaiki MRT yang melaju dengan rute stasiun Lebak Bulus sampai stasiun Bundaran Hotel Indonesia (HI) setiap 10 menit sekali.
Untuk masalah tarif perjalanan MRT masih dalam proses keputusan dari pihak Gubernur DKI Jakarta dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). “Ya itu masih dibicarakan. Kami akan terus memperbaharui terkait informasi yang baru,” ucapnya.
Tidak hanya itu, pihak MRT juga sudah melakukan survey pada pelayanan masa uji coba dengan penumpang MRT Jakarta. Dua hal evaluasi yang didapat pihak MRT Jakarta, yaitu marka petunjuk di dalam kereta dan di dalam stasiun serta pengeras suara di setiap stasiun MRT Jakarta. “Dengan responden 5.375 sebagian besar penumpang MRT Jakarta wanita dengan persentase 56,2 persen,” ucapnya.
Di sisi lain, masyarakat sudah bisa mengunduh aplikasi MRT Jakarta melalui telepon genggam, baik yang berbasis sistem Android maupun IOS. Di aplikasi tersebut, masyarakat bisa mendapat informasi rute perjalanan, jadwal keberangkatan, dan toko-toko yang ada di stasiun MRT Jakarta.
Uji Coba Publik MRT. Penumpang saat mengikuti uji coba publik pengoperasian MRT fase I Koridor Lebak Bulus-Bundaran HI di Jakarta.
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Administrasi PT MRT Jakarta, Tuhiyat, mengatakan, dua kartu ini memiliki sistem kerja berbeda. Untuk kartu single trip berlaku sesuai tempat asal dan tujuan. Sedangkan kartu multi trip siklus dari awal sampai akhir.
“Misalnya begini, kalau untuk kartu single trip, saya beli tiket dari Lebak Bulus ke Senayan (sesuai tarif). Terus saya turun di Blok M tidak ada pengembalian saldo, tapi kalau di Dukuh Atas ada penyesuain harga,” ujarnya.
Tuhiyat menambahkan ketika membeli kartu di mesin tiket otomatis stasiun MRT Jakarta hanya menerima uang tunai dengan pecahan Rp 5.000, Rp 10 ribu, Rp 20 ribu dan Rp 50 ribu. Adapun jumlah kartu yang disediakan oleh pihak MRT Jakarta, kartu single trip berjumlah 490 ribu dan kartu multi trip berjumlah 300 ribu.
Untuk jangka waktu kartu masih dalam proses. Sebab, sore ini baru akan dibahas dengan pihak yang bekerjasama dengan pihak MRT Jakarta. “Nanti mau rapat terkait validitasnya berapa dan hal-hal yang belum terselesaikan,” ujarnya.