Jumat 22 Mar 2019 19:35 WIB

Cerita Pengungsi Saat Diterjang Banjir Bandang Sentani

Saat menyelamatkan diri, Manuel terpeleset.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Friska Yolanda
Manuel Samokari, mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Advent Papua.
Foto: Republika/Umar Mukhtar
Manuel Samokari, mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Advent Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, SENTANI -- Seorang mahasiswa yang kuliah di Sekolah Tinggi Teologi Advent Papua menceritakan proses dirinya diterjang banjir bandang hingga membuat kaki kiri bagian tumitnya terpaksa dijahit dengan enam jahitan. Manuel Samokari (23 tahun) namanya. Ia kini harus berjalan dengan alat bantu berupa tongkat kruk.

Sesaat sebelum banjir bandang terjadi pada Sabtu (16/3) malam, Manuel sedang bercengkerama bersama kawan-kawannya di kamar asrama kampus di Doyo Baru, Distrik Waibu, Jayapura, Papua. Saat itu hujan deras. Kemudian, salah seorang kawannya berteriak ada terjangan banjir.

Baca Juga

Mendengar itu, Manuel bergegas menyelamatkan surat-surat penting. Setelah berbagai dokumen itu berhasil dikumpulkan, ia pun langsung berlari. Tetapi saat baru beberapa langkah, ia terpeleset.

"Kita (saya) jatuh, lalu kita angkat muka, tiba-tiba langsung banjir menutupi kita," kata dia kepada Republika.co.id di gereja Advent, Sentani, Jayapura, Papua, Jumat (22/3).

Manuel segera bangun kembali. Saat berlari dia tersandung seng tetapi tidak sampai jatuh. Ia terus berlari dan saking cemasnya sampai lupa dengan rasa sakit di tumitnya. "Kita punya kaki, terluka, tetapi kita tidak memikirkan luka itu, langsung kita lari saja karena ada rasa takut," ungkapnya.

Kemudian Manuel bersama 20 teman-temannya berjalan mencari apotek terdekat untuk pengobatan sejenak. Lantas mereka berjalan kembali dan menetap semalam di Gereja Wanebe di Doyo Baru, Waibu. Saat di gereja ini, ada beberapa orang dari gereja Advent di Sentani yang menawarkan mereka untuk mengungsi di sana.

"Kemudian kita, sekitar 20 sampai 30 orang, berangkat ke sana (Gereja Advent Sentani)," katanya.

Hingga kini Manuel masih menetap di gereja tersebut. Dia tidak tahu kapan kembali ke asrama, dan tak tahu pula bagaimana kondisi asrama sekarang. Ia hanya menunggu arahan dari dosennya soal kapan harus kembali.

Distrik Waibu termasuk daerah yang tergolong parah terkena dampak banjir bandang pada Sabtu (16/3) malam. Banyak rumah di sana yang hancur terhempas. Sebagian warga mengungsi ke rumah-rumah tetangga mereka yang aman, dan sebagian lagi ke tempat ibadah terdekat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement