Jumat 22 Mar 2019 12:52 WIB

Konektivitas Jalan di Jabar Masih di Bawah 50 Persen

Pemprov akan menyelesaikan kesenjangan di Jabar Selatan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah pemudik sepeda motor melintasi Jalan Raya Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Sejumlah pemudik sepeda motor melintasi Jalan Raya Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jalan di Jawa Barat, hingga saat ini belum terkoneksi dengan baik. Menurut Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang, A Koswara, konektivitas jalan di Jabar masih di bawah 50 persen. Hal tersebut, termuat dalam RPJMD 2018.

"Konektivitas itu dilihat dari kemantapan jalan dan aksesbilitasnya. Misalnya dari 10 jalan, kemantapan yang baik baru dua ruas. Sisanya terhubung tapi jalannya nggak mantap," ujar Koswara di acara Jabar Punya Informasi (Japri), di Gedung Sate, Kamis (21/3).

Baca Juga

Koswara mengatakan, saat ini konektivitas menjadi penilaian utama bukan pemantapan. Karena, kalau konektivitas semua aspek dinilai termasuk kemantapan jalannya harus terkolaborasikan juga antara jalan provinsi dengan nasional.

"Untuk meningkatkan konektivitas jalan yang masih dibawah 50 persen, salah satu caranya dengan menyelesaikan kesenjangan infrastruktur untuk Jabar selatan. Kami targetkan di 2023 RPJMD harus sudah terkoneksi," katanya.

Koswara mengakui, jalan di Jabar selatan memang belum terkoneksi dengan baik. Karena, yang paling bagus konektivitas di Jabar utara dan tengah. "Jabar selatan masih kurang dari sisi tata ruangnya karena memang untuk pengembangan budi daya insentif dan hutan lindung," katanya.

Pantai selatan, kata dia, sekarang sudah diprioritaskan jadi terhubung sampai timur. Namun, konektivitas jalur tengah dan selatan hampir 100 Km jadi jaraknya jauh.

"Ini yang harus dipotong. Koridor barat timur kurang tapi kalau utara selatan cukup banyak yang d bangun. Barat ke timur masih sedikit," katanya.

Menurut Koswara, akibat tak terkoneksi ada satu kecamatan di Kabupaten Bandung, untuk pergi ke kecamatan lain harus berputar dahulu.

"Di daerah selatan banyak yang kondisinya seperti itu. Jadi, sekarang sudah ada kajiannya dibina marga bagaimana agar semua daerah mudah terhubung dan fokus pada penyelesaian ketimpangannya," katanya.

Di tempat yang sama, Dosen Teknik Sipil ITB, Eri susanto mengatakan, kemantapan bagian dari konektivitas. Jadi, harus diperhatikan mulai dari pembangunan jalan sampai melayani masyarakatnya.

"Jadi membangun jalan itu harus melihat bagaimana agar dua daerah terhubung. Misalnya, segitiga Rebana kan itu terkoneksi," katanya.

Eri menilai, pembangunan jalan baru seperti jalan tol tak bisa mengabaikan masalah aksesbilitas yang menghubungkan jalan yang satu dengan lainnya. "Tapi biayanya memanh luar biasa. Konektivity itu tak hanya dengan jalan provinsi tapi juga dengan nasional," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement