REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Balitbang Kemendikbud) Totok Suprayitno akan mensisipi hal baru dalam Ujian Nasional (UN) 2019 ini. Pada akhir soal ujian, Kemendikbud akan memasukan angket survei untuk siswa.
Angket tersebut digunakan untuk memperoleh gambaran mengapa ada siswa yang memiliki nilai ujian tidak memuaskan. "Ini supaya kita lebih memiliki info yang cukup soal kondisi situasi anak atas capaiannya," kata Totok, dalam taklimat media soal Ujian Nasional di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Kamis (21/3).
Ia menjelaskan, Kemendikbud tentu ingin mengetahui mengapa ada anak yang memiliki kemampuan rendah dilihat dari hasil UN-nya. Melalui survei tersebut akan ada pertanyaan-pertanyaan yang berguna untuk Kemendikbud menyelidiki latar belakang siswa.
Ia mengatakan beberapa kali ditemukan seorang siswa yang sering terlambat datang ke sekolah. Ternyata siswa tersebut orang tuanya sakit sehingga harus membantu sebelum berangkat sekolah. "Jadi misalnya ujiannya tidak bagus, tapi di situ ada penjelasannya mengapa anak itu ujiannya jelek," kata dia.
Totok menilai, mencari penyebab hubungan antara nilai dan latar belakang siswa sangat penting. Sebab, Kemendikbud perlu memperbaiki keadaan tidak hanya dari sekolah saja, namun juga memperhatikan penyebab anak tidak maksimal dalam ujian.
Hasil dari survei tersebut, kata Totok, akan menjadi timbal balik untuk sekolah. Apabila terjadi kekurangan pada siswa, maka sekolah harus tahu apa yang terjadi pada anak tersebut. "UN diperluas dimensi kegunaannya sebagai arena untuk kajian anak," kata dia lagi.
Adapun gambaran secara umum survei tersebut adalah adanya pertanyaan soal bagaimana kesejahteraan anak dan kondisi psikologisnya. Pertanyaan-pertanyaan soal gawai dan juga kepedulian orang tua terhadap anak akan menjadi salah satu hal yang ditanyakan dalam survei. "Itu untuk survei saja, tapi tidak mempengaruhi nilai," kata dia lagi.