Kamis 21 Mar 2019 12:15 WIB

Teknologi Kebencanaan Perkuat Daya Saing Pariwisata

Dukungan teknologi kebencanaan akan membuat wisatawan merasa nyaman.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya (kiri) berjabat tangan dengan Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy (kanan) saat Pencanangan Gerakan Selat Sunda Bangkit di Anyer, Serang, Banten.
Foto: Antara/Weli Ayu Rejeki
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya (kiri) berjabat tangan dengan Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy (kanan) saat Pencanangan Gerakan Selat Sunda Bangkit di Anyer, Serang, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dukungan teknologi kebencanaan yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) hingga ke destinasi pariwisata yang rawan terkena dampak bencana dinilai akan memperkuat daya saing pariwisata Indonesia di tingkat global. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menilai dukungan teknologi kebencanaan akan membuat wisatawan merasa nyaman karena mendapatkan informasi yang cepat dan akurat tentang bencana.

Menpar Arief Yahya menjelaskan pariwisata Indonesia terus berusaha meningkatkan daya saing di tingkat global. Tahun ini pariwisata Indonesia menargetkan berada di ranking ke-30 dunia, dari posisinya pada 2017 berada di ranking 42 dunia berdasarkan TTCI.

Baca Juga

"Sebagai pemain global, pariwisata Indonesia menggunakan standar global termasuk dalam mitigation plan menggunakan standar dunia UNWTO," kata Arief Yahya.

Sementara itu Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan BPPT terus mendorong percepatan teknologi untuk peringatan dini bencana. Termasuk untuk destinasi pariwisata yang kerap terdampak oleh bencana geologi maupun hidrometeorologi.

BPPT telah mengembangkan teknologi kebencanaan sebagai sistem peringatan dan pencegahan dini, baik bencana hidrometeorologi termasuk banjir dan tanah longsor maupun geologi mencakup gempa dan tsunami. Ini dilakukan untuk mendukung akselerasi program prioritas pembangunan pemerintah di antaranya pariwisata sebagai leading sector.

Ia menjelaskan BPPT telah mengembangkan teknologi kebencanaan antara lain FEWS (Flood Early Warning Sytem) sebagai teknologi peringatan dini untuk bencana banjir dan LEWS (Landslde Early Warning Sytem) untuk gerakan tanah (longsor). Serta buoy Merah Putih teknologi mitigasi bencana gempa dan tsunami dan telah dipasang di wilayah rawan bencana.

"Teknologi terpadu deteksi dan peringatan seperti teknologi buoy, kabel, maupun radar yang diintegrasikan dengan sistem peringatan dini yang telah tersedia, dengan didukung oleh sistem komunikasi yang berbasis generasi 4.0, teknologi struktur bangunan yang tahan gempa, teknologi penyediaan kebutuhan pokok seperti air bersih dan pangan darurat bencana, untuk menangani pascakejadian bencana," kata Hammam Riza.

Menpar Arief Yahya bersama Hammam Riza pada kesempatan itu menyaksikan pameran teknologi FEWS dan LEWS yang telah di pasang di sejumlah daerah rawan bencana.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement