REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Martawang, mengatakan, Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan mengunjungi korban gempa bumi. Jokowi juga akan melihat progres pembangunan rumah tahan gempa di lingkungan Pengempel, Kecamatan Sandubaya, Kota Mataram.
"Bapak Presiden dijadwalkan akan berkunjung ke Pengempel pada Jumat (22/3), sekaligus mengecek sampai sejauh mana progres yang dilakukan terhadap program penanganan pascabencana gempa bumi," katanya kepada wartawan di Mataram, Kamis (21/3).
Lingkungan Pengempel merupakan salah satu wilayah yang terdampak masif terhadap gempa bumi pada 2018, dengan kategori rumah rusak berat. Sehingga, saat ini ratusan keluarga sedang melakukan pembangunan hunian tetap (huntap) dari dana bantuan pemerintah sebesar Rp 50 juta per keluarga.
"Kedatangan Presiden, sebagai bukti bahwa beliau sangat cinta kepada rakyatnya dan sangat ingin menyapa kembali masyarakat," katanya.
Karena itu, ia mengajak semua bersama-sama menerima kedatangan Presiden. Caranya, menjaga sebaik-baiknya kondusifitas daerah dan memberikan informasi sebaik-baiknya tentang progres pembangunan rumah para korban bencana gempa bumi.
Sementara progres pembangunan rumah tahan gempa di Kota Mataram secara umum, menurut Martawang, sudah sangat baik. Untuk rumah rusak berat, saat ini sudah ada 80 unit saat ini sudah siap dicat yang artinya pembangunanya sudah tuntas dengan anggaran bantuan Rp 50 juta.
Untuk mendorong masyarakat agar cepat melaksanakan pembangunan rumah tahan gempa, Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram telah memberikan dukungan bagi para penerima bantuan. Terutama, untuk rumah rusak berat.
Bantuan yang diberikan, antara lain untuk pembangunan fasiltas mandi, cuci dan kasus (MCK), penataan fasilitas umum dan fasilitas. Selain itu, ada bantuan cat bagi warga yang sudah selesai membangun rumah tahan gempa hingga batas waktu yang ditetapkan yakni 12 April 2019.
"Pemkot Mataram juga memfasilitasi masyarakat untuk proses pengangkutan panel, bahan bangunan, serta melatih warga agar bisa memasang panel Risha sendiri sehingga rumah mereka bisa cepat rampung," katanya.
Di sisi lain, Martawang mengatakan, gempa 5,8 Skala Richter (SR) pada Ahad (17/3) mengingatkan masyarakat harus membangun rumah tahan gempa. Sebab, wilayah NTB dan Indonesia secara umum berada pada cincin api yang tidak bisa mengandalkan teori ilmiah.
Teori itu banyak terbantahkan dengan munculnya fenomena-fenomena baru terhadap gempa Lombok. "Karenanya, kita sudah tidak ada pilihan dan harus bersahabat dengan gempa salah satunya membangun seluruh infrastruktur tahan gempa, masyarakat kita edukasi tentang gempa agar bisa meminimalkan dampak dari gempa," kata dia.