Rabu 20 Mar 2019 23:52 WIB

FPR Siap Bekerja Keras Menangkan Jokowi

Jokowi-Ma'ruf Amin unggul 11,8 persen dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ratna Puspita
 Panglima Besar Front Pembela Rakyat (FPR) Nugroho Prasetyo
Foto: Istimewa
Panglima Besar Front Pembela Rakyat (FPR) Nugroho Prasetyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Front Pembela Rakyat (FPR) siap bekerja lebih keras untuk memenangkan pasangan nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin. Hal itu menyusul hasil Survei Litbang Kompas tentang elektabilitas capres-cawapres 2019 menyatakan Jokowi-Ma'ruf Amin unggul tipis atas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dengan selisih 11,8 persen.

Panglima FPR Nugroho Prasetyo menanggapi positif atas hasil survei tersebut sebagai pemicu untuk bekerja lebih keras lagi dalam waktu sebulan menjelang Pilpres 2019. "Saya kira survei ini positif untuk memacu TKN dan semua relawan termasuk kami dari FPR untuk lebih bekerja keras lagi di lapangan demi memenangkan Jokowi dan Ma'ruf Amin," ujar Nugroho kepada Republika, Rabu (20/3).

FPR belum lama ini telah melakukan konsolidasi untuk memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf di bekas pabrik gula De Tjolomadoe, Kabupaten Karanganyar, Ahad (17/03) lalu. Acara tersebut dihadiri pengurus FPR tingkat pusat dan pengurus FPR dari seluruh Indonesia, dan sejumlah tokoh masyarakat. 

Hadir pula lebih dari 5000 relawan dan simpatisan FPR dari berbagai kota dan daerah di Solo Raya dan sekitarnya. Pada kesempatan itu, Nugroho dan jajaran pengurus FPR mendeklarasikan dukungan resmi kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf. 

"Saya berharap, kesetiaan untuk mendukung sekaligus membela Jokowi-Ma’ruf jngan tanggung-tanggung. Jangan abu-abu. Harus 100 persen, harus konsisten, harus loyal dan harus punya rasa memiliki bahkan punya rasa cinta untuk Pak Jokowi," kata Nugroho. 

Litbang Kompas merilis hasil survei elektabilitas pasangan capres-cawapres yang berlaga di Pilpres 2019. Hasilnya, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 49,2 persen dan Prabowo-Sandiaga 37,4 persen.

Survei tersebut dilakukan sejak 22 Februari hingga 5 Maret 2019 dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement