Rabu 20 Mar 2019 15:51 WIB

TKN Tanggapi Santai Hasil Survei Litbang Kompas

Menurut Arya ada anomali besar dalam hasil survei Litbang Kompas.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ratna Puspita
 Arya Sinulingga (kiri)
Foto: Antara/Ismar Patrizki
Arya Sinulingga (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin menanggapi dengan santai hasil survei Litbang Kompas. Sebab, semakin mendekati waktu pemilu maka semakin bermunculan beragam hasil survei yang kredibel maupun abal-abal.

Juru Bicara TKN Arya Sinulingga mengatakan, tim tak mempersoalkannya secara serius. "Menjelang pemilu biasa bermunculan hasil survei yang asli maupun yang kaleng-kaleng. Jadi, apa pun hasilnya tak terlalu memengaruhi kami karena fakta justru menunjukkan pasangan 01 semakin jauh meninggalkan 02," kata dia di Jakarta, Rabu (20/3).

Menurut Arya, ada anomali besar dalam hasil survei Litbang Kompas. Sebab, dia mengatakan, fakta yang diungkap mayoritas lembaga survei lain malah menunjukkan bahwa pasangan nomor urut 01 akan menang tebal pada pemilihan presiden 2019. 

Arya menyebutkan, hasil survei Litbang Kompas berbeda dengan hasil survei sejumlah lembaga, seperti LSI, SMRC, Cyrus Network, dan Indikator Politik. Dia mengatakan, hasil survei mereka malah menunjukkan keunggulan jauh Jokowi-Ma'ruf di atas 50 persen.

Bahkan, Arya mengungkapkan, hasil itu diperkuat hasil survei lembaga independen internasional Roy Morgan yang menunjukkan Jokowi unggul 58 persen berbanding Prabowo yang hanya meraih 42 persen suara.

Kendati demikian, Arya mengatakan, survei Kompas tetap menegaskan keunggulan pasangan 01 atas 02 yang mencapai double digit. "Angka ekstrapolasi Kompas 46,8 persen adalah angka kemenangan 01 paling pesimis," katanya.

Arya mengungkapkan, keyakinan itu juga tak terlepas dari kenyataan bahwa di kantong suara pasangan 02 justru suara pasangan 01 semakin meroket. Dia mengatakan, fakta nyata yang sulit dibantah adalah hasil Pilkada Jawa Barat yang menunjukkan kemenangan pasangan yang diusung parpol pro-pemerintah.

Arya mengaku memaklumi adanya perbedaan hasil survei Kompas dengan lembaga lain. Sebab, dia berpendapat, Kompas sejatinya memang bukan lembaga yang berangkat sebagai sebuah institusi survei politik, melainkan media massa.

"Kami menyadari, setiap survei pasti memiliki tingkat subjektivitas dan objektivitasnya masing-masing. Mulai dari jumlah sampling, sebaran wilayah, dan tentunya siapa yang mendanai survei itu," katanya.

Arya menyerahkan kepada masyarakat untuk menilai sendiri mana lembaga survei yang faktual dan mana yang "kaleng-kaleng". Menurut dia, masyarakat sudah cerdas dan bisa menilai.

Arya mengatakan, masyarakat tentu masih ingat peristiwa yang terjadi pada Pemilu 2014. "Kita tentu masih ingat ada lembaga survei yang memberikan hasil yang menyesatkan, sehingga ada calon presiden dan timnya yang tertipu hingga sujud syukur," kata Arya.

Meski tak sesuai fakta di lapangan, Ketua DPP Perindo itu melihat bahwa hasil survei ini justru baik untuk semakin meningkatkan semangat dan kerja keras. Namun, Arya berpesan kepada lembaga survei agar tidak memberikan harapan palsu kepada pasangan capres 02. 

"Jangan sampai ada kembali yang tertipu dan melakukan sujud syukur yang tertukar untuk kedua kalinya," tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement