REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek menilai calon wakil presiden (cawapres) nomor 01 Ma'ruf Amin mengejutkan. Sebab saat debat cawapres membahas kesehatan, Ahad (17/3) kemarin, Ma'ruf dinilai mengerti masalah kesehatan.
"Saya kira debat cawapres, baik nomor 01 dan 02 memang baik tetapi cawapres 02 kan pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta sedangkan cawapares 01 belum pernah (menjadi kepala daerah) dan beliau adalah ulama. Kemudian saya melihat beliau (Ma'ruf) sangat mengejutkan karena mengerti bidang kesehatan," katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu (20/3).
Pujian Nila terhadap pernyataan Ma'ruf soal bidang kesehatan saat debat kemarin bukan tanpa alasan. Ia menilai, pernyataan Ma'ruf benar ketika membahas persoalan balita bertubuh pendek (stunting) yang ditentukan sejak 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). "Kemudian, anak stunting yang berusia setelah 2 tahun tidak bisa ditolong," ujarnya.
Sebab, dia menjelaskan, stunting tidak hanya mempengaruhi tinggi dan berat badan melainkan juga otaknya. Meskipun tinggi badan dan berat badan anak stunting diintervensi, ia menyebut perkembangan intelligence quotient (IQ) otak tidak lebih dari 15 persen. "Jadi sedikit kemungkinan (IQ anak stunting bisa naik) dan mereka tidak bisa menjadi jenius," katanya.
Karena itu, ia berpendapat, untuk mencegah stunting diperlukan penanganan komprehensif sejak anak perempuan masih berusia remaja. Kemudian setelah melahirkan dan anak berusia dua tahun, sang buah hati butuh asupan gizi seperti susu hingga makan pagi supaya mendapatkan tenaga saat sekolah atau beraktivitas.
Seperti diketahui, debat ketiga diikuti oleh dua cawapres, Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno, Ahad (17/3) kemarin. Adapun tema debat cawapres ini adalah pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial, dan budaya.
Sebelumnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat per 2018 sekitar 4 juta anak bawah dua tahun (baduta) Indonesia mengalami kondisi balita bertubuh pendek (stunting). Kondisi ini bisa mengancam bonus demografi yang akan dialami Indonesia dalam beberapa tahun mendatang.
"Prevalensi stunting di Indonesia per 2018 yaitu 30,8 persen. Artinya kalau anak balita di Indonesia saat ini diperkirakan sebanyak 26 juta, sekitar 4 juta baduta Indonesia mengalami stunting," kata Sekretaris Ditjen Kesmas Kemenkes Eni Gustina, di Jakarta, Senin (18/3).