Selasa 19 Mar 2019 15:54 WIB

Emil Usul ke Mendag Gunakan Kafe Jabar di Timur Tengah

Kafe bertema Jabar akan dibangun Pemprov Jabar di empat kota di Timur Tengah.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil
Foto: Republika/Edi Yusuf
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menyampaikan beberapa gagasan kepada Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita. Salah satunya terkait penggunaan Kafe Jabarano sebagai kantor Indonesian Trade Promotion Center (ITPC).

Kafe Jabarano merupakan kafe bertemakan Jabar yang akan dibangun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar di empat kota di Timur Tengah. Empat kota itu yakni Maroko, Algeria di Aljazair, dan Abu Dhabi serta Dubai di Uni Emirat Arab.

Baca Juga

"Karena Kementerian Perdagangan ini punya perwakilan dagang di tiap negara. cuman ngantornya itu selalu di kantor-kantor yang elit di daerah yang mewah gitu, saya bilang kantornya mah di tempat dagang saja (Kafe Jabarano)," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (19/3).

Emil mengatakan, ia senang karena gagasannya tersebut dapat diterima pihak menteri. Emil sendiri telah mempersentasikan, sehingga kantor pusat dagang tersebut berada di setiap kafe.

"Nah, ini tadi diterima tadi saya suruh persentasi, jadi nanti si kantor perwakilan dagang Indonesia yaitu di kafe-kafe kopi Jawa Barat," katanya.

Dengan konsep tersebut, kata dia, artinya setiap orang akan bertransaksi dagang dengan langsung melihat produk-produk yang memang layak dijual di daerah atau di negara tersebut. Adapun Kafe Jabarano ini merupakan salah satu kesepakatan yang dijalin Pemprov Jabar setelah dirinya mengunjungi sejumlah negara di Timur Tengah, beberapa waktu lalu.

"Pak menteri bersedia karena konsep selama ini terlalu formal dan dibikin lebih sesuai pasar," katanya.

Emil mengaku, Menteri Enggartiasto pun mendukung pola perdagangan secara langsung yang akan pihaknya akan terapkan. Yakni, tidak menawarkan barang pada pihak yang akan membeli, melainkan membawa konsumen ke Indonesia.

"Beliau mendukung perdagangan langsung yang Tim Dubai  yang saya bawa itu. Sehingga ekspor-ekspor produk UMKM tidak banyak halangan karena yang akan datang ke Jawa Barat ini pembeli yang juga punya toko atau punya mal di negara," ujarnya.

Dengan pola ini, kata dia, akan lebih memudahkan para pelaku industri di Indonesia.  Sebab, tidak perlu memikirkan terkait prosedur ekspor produk, dari mulai memilih bank hingga persayaratat di pelabuhan. Hal ini juga akan mengantisipasi penipuan yang bisa saja terjadi dalam dunia perdangan lintas negara.

Menurut Emil, konsep tersebut akan luar biasa karena saat ini seolah-olah orang Jawa itu hanya dagang saja. Tapi, barangnya sudah ada di Dubai. "Sekarang kan kalau kita dorong sendiri dia bingung ekspornya pakai bank ekspor, mana prosedurnya ke pelabuhan mana. Di sananya ditipu apa nggakkan. Ini seringkali terjadi," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya juga akan memerintahkan Ketua Kamar Dagang dan Indistri Indonesia (Kadin) Jabar, untuk membuat pameran yang secara khusus didesain untuk para pembeli. Para konsumen ini, nantinya akan memberikan masukan mengenai produk maupun barang yang layak jual.

"Termasuk kita akan seleksi yang sustainabilitasnya, karena dia komplain pernah beli barang Indonesia tapi tiga bulan berhenti. Jadi semangat jualan prototipenya pas partai besar engos-engosan," katanya.

Emil pun, akan memastikan agar ketersedian barang tetap mumpuni. Jadi, tidak hanya kualitas yang menjadi fukusnya dalam mewujudkan pola ini.

Terkait komoditas apa yang akan dijajakan, Emil mengatakan, semua produk yang dapat menghasilkan keuntungan. Namun,  memang yang tidak banyak masalah di seluruh dunia  hanya komoditas kopi.

"Mau di Skandanavia mau di Afrika mau di Australia yang namanya kopi mah sama. Makanya namanya diplomasi kopi, tapi sebagai pintu menjual lain-lain yang laku sesuai selera budaya di sana," paparnya.

Selain itu, menurut Emil, pihaknya juga akan mensinergikan. dengan program One Vilage One Company. Yakni, pihak pembeli ditawarkan produk dari setiap desa yang ada di Jabar. Selama perbincanganya dengan offtaker, dia mengetahui bahwa para calon tersebut membutuhkan komoditas, seperti jagung dan lainnya.

"Selama volumenya sepakat saya bikin perusahaannya di Cirebon di Majalengka di Cianjur," kata Emil seraya mengatajan  pola ini yang akan dibuat oleh pihaknya jadi deal dulu dengan offtaker atau pembeli, baru dibikin perusahaan di desa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement