Selasa 19 Mar 2019 05:15 WIB

Kain Tenun Dorong Badui Makin Terkenal

Permintaan kain tenun Badui dari beberapa negara cenderung meningkat.

Kain tenun Baduy  (foto : MgROL_37)
Kain tenun Baduy (foto : MgROL_37)

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Kain tenun yang diproduksi secara tradisional oleh warga Suku Badui yang tinggal di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, telah dikenal tidak hanya oleh masyarakat lokal atau nasional tapi juga mancanegara. "Permintaan kain tenun Badui dari beberapa negara, seperti Vietnam, Jepang dan Korea Selatan cenderung meningkat. Ini bukti kalau kain itu semakin terkenal dan diakui kualitasnya," kata Kepala Seksi Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak, Sutisna akhir pekan lalu.

Beberapa negara Eropa, seperti Inggris, Rusia, Italia dan Jerman juga mulai melirik tenun yang diproduksi oleh warga yang sampai sekarang masih mempertahankan cara hidup tradisional dan menolak modernisasi itu. Pembuatan kain tenun dilakukan oleh perempuan Suku Badui. Mereka menenun di rumah sambil menunggu suaminya datang dari ladang.

Baca Juga

Saat ini, perajin kain tenun Badui mencapai 600 orang. Semua proses pembuatan kain dilakukan secara tradisional dengan menggunakan alat sederhana. Tidak ada sentuhan teknologi modern dalam pengerjaannya.

photo
Warna-warni kain tenun Khas Baduy (Foto: Yogi Ardhi)

Keunggulan tenun Badui memiliki corak warna dan motif berbeda. Di antaranya poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, maghrib, capit hurang, susuatan, suat songket dan smata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka).

Selain itu juga motif adu mancung, serta motif aros yang terdiri atas aros awi gede, kembang saka, kembang cikur, dan aros anggeus. "Saya kira perbedaan warna dan motif itu yang memiliki keunggulan sehingga menembus pasar mancanegara," katanya menjelaskan.

Ketua UKM Daarul Qoriin Baraya, Endoh Mahfudoh mengatakan selama ini produk kain tenun masyarakat Badui ternyata diminati warga Vietnam. Tingginya permintaan pasar di negara Vietnam setelah mengisi kegiatan pameran melalui promosi yang dilakukan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Banten. "Kami hampir setiap pekan memasok kain tenun Badui ke pasar Vietnam itu," katanya.

Guna meningkatkan kualitas dan promosi, Pemkab Lebak kerap mengikutsertakan perajin kain dari Suku Badui dalam berbagai kegiatan. Di antaranya kegiatan tematik yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten belum lama ini.

Dua perempuan perajin kain Badui, yakni Itoh dan Mae yang diikutkan dalam acara yang digelar di Geung Museum Multatuli Rangkasbitung Lebak itu. "Kami senang bisa mengikuti pameran ke luar daerah (luar wilayah Badui) dan itu kali pertama," kata Mae, seorang perajin Badui warga Kaduketug Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak yang ikut dalam kegiatan tematik itu.

photo
Kain tenun Baduy (foto : MgROL_37)

Mae mengaku langsung mempraktikan pembuatan kain pada kegiatan itu. Dengan alat manual dia merangkai benang sehelai demi sehelai sehingga menjadi kain. "Banyak yang liat waktu itu, senang juga bisa diikutkan. Mudah-mudahan nanti bisa diikutkan lagi," ujarnya sambil tersenyum.

Ia menjelaskan, saat kegiatan tematik membuat kain dengan ukuran 3x2 meter persegi butuh waktu sepekan yang kemudian dijual dengan harga Rp 500 ribu per lembar. "Tingginya permintaan kain tenun Suku Badui, terutama dari wisatawan, membuat para pengrajin kewalahan memenuhi permintaan itu," ujarnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement