Senin 18 Mar 2019 21:24 WIB

Seismograf di Gunung Papandayan Hanya Tersisa Satu

Gunung Papandayan awalnya ada empat seismograf namun kini hanya tersisa satu buah.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andi Nur Aminah
Kawah Gunung Papandayan
Foto: ANTARA
Kawah Gunung Papandayan

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Alat pengukur dan pencatat gempa bumi atau seismograf yang berada di Gunung Papandayan, Kabupaten Garut, tinggal tersisa satu buah. Petugas pemantau Gunung Papandayan Momon mengatakan, tiga alat yang sebelumnya dipasang di sekitar gunung, hilang dicuri orang.

Menurut dia, terakhir kali laporan hilangnya seismograf itu terjadi pada sekitar Januari 2019. Alhasil, gunung yang sebelumnya dilengkapi empat seismograf itu kini hanya tersisa satu buah. "Masih satu unit yang beroperasi. Terakhir itu hilang pada Januari kalau enggak salah," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Senin (18/3).

Baca Juga

Ia menduga, pencurian itu dilakukan oleh warga yang tinggal di sekitar Gunung Papandayan. Menurut dia, seismograf itu dicuri dan diambil bagian-bagian penting untuk dijadikan kebutuhan sehari-hari.

Momon menyontohkan, bagian-bagian yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari adalah aki dan solar panel. Sementara itu, lanjutnya, bagian utama seismograf akan dibuang atau dijual per kilogram. "Kemungkinan mereka itu memanfaatkan solar panel dan aki untuk penerangan di tempat-tempat terpencil," kata dia.

Ia mengatakan, pihaknya sudah berulang kali menyampaikan kepada masyarakat yang di sekitar untuk menjaga seismograf. Pasalnya, alat itu digunakan untuk kepentingan bersama. "Jadi kalau alatnya diganggu, kita enggak bisa menyimpulkan kalau ada aktivitas. Jadi saling menjaga sajalah," tegas dia.

Momon mengaku sudah meminta pergantian alat ke pusat. Namun, hingga saat ini alat pengganti belum juga disediakan.

Menurut dia, kemungkinan pemerintah pusat mempertimbangkan masalah dana juga. Pasalnya, harga seismograf bisa mencapai ratusan juta rupiah. Apalagi, kebutuhan seismograf bukan hanya untuk Gunung Papandayan. "Seluruh gunung aktif di Indonesia butuh banyak. Ada yang delapan seismograf satu gunung. Kalau di Papandayang, sebenarnya ideal ada tiga untuk menentukan sumber gempa atau hiposenter," kata dia.

Namun, Momon menambahkan, dengan sisa satu seismograf yang tersisa, pihaknya sulit untuk menentukan pusat gempa. Ia mengakui, status Gunung Papandaya masih Level I atau normal. Namun, keberadaan seismograf tetap diperlukan lantaran Papandayan masih termasuk sebagai salah satu gunung yang aktif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement