REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi), Hendri Satrio menilai pertarungan antara calon wakil presiden (cawapres) 01 Maruf Amin dan cawapres nomor urut 02 Sandiaga tidak akan imbang jika Maruf tidak melepaskan atribut ulama yang melekat pada dirinya. Ia pun menyarankan agar Kiai Maruf mau 'menanggalkan' keulamaannya dengan menegaskan bahwa dirinya merupakan cawapres.
"Alangkah baiknya kalau besok kita mau melihat debat seru. Kiai Maruf harus mau melepas jaket ulamanya. Dia harus berani me-declare bahwa saya Maruf Amin saya cawapres nomor 01, itu kalau mau fair," ujar Hendri.
Hendri melihat jika Kiai Maruf belum melepaskan atribut keulamaannya tersebut maka yang ada apa yang dikatakan Sandiaga selalu dianggap salah. Hal itu berbeda jika debat berlangsung antara sesama politisi.
"Pertanyaannya, berani atau tidak Kiai Maruf melepas jaket sebagai ulama berdiri tegak melawan Sandiaga Uno dengan title sama-sama politisi," ujarnya.
Sementara itu anggota kampanye Tim Kampanye Nasional (TKN) Masinton Pasaribu mengungkapkan bahwa Kiai Maruf tidak hanya memposisikan diri sebagai ulama, melainkan juga umara. Apalagi, imbuhnya, Maruf memiliki pengalaman yang cukup banyak.
"Beliau pernah akademisi dan latar belakang dosen, sebagai anggota DPRD, DPR RI, dan juga dewan pertimbangan presiden memberikan nasihat kepada presiden, dan sekarang sedang mencalonkan sebagai wakil presiden," jelasnya.
Ia memastikan untuk debat 17 April mendatang Maruf akan memposisikan diri sebagai cawapres. Sedangkan, atribusi ulama hanyalah sesuatu yang melekat di dalam dirinya.
"Prinsip saya adalah mau siapa pun debatnya, Pak Kiai Haji Maruf Amin juga telah menyiapkan argumentasi untuk berdebat dan beliau memang bukan orang baru dalam dunia politik, sebagai akademisi juga sebagai ulama beliau lengkap dan komplet," ungkapnya.