REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono menanggapi kemungkinan Gerindra bergabung dengan pemerintahan Jokowi jika menang pada pilpres 2019. Ferry menyebut dari awal partainya tidak sejalan dengan pemikiran Jokowi.
"Menurut saya kita dari awal saja, kita enggak mau kok berpasangan dengan Jokowi karena ada perbedaan mendasar, tentang ide, sikap, dan pemikiran," ujar Ferry Juliantono kepada wartawan di Seknas Jokowi-Sandi, Selasa (12/3).
Ferry mengatakan, pendapat Maruarar Sirait mengenai kemengan Jokowi hanya sebatas pandangan pribadi dari hasil lembaga survei yang belum pasti. Sementara, bagi Gerindra, perhitungan survei internal pasangan Prabowo-Sandi lebih unggul.
"Bagi kami, berdasarkan Google Trends, perhitungan survei internal pilpres 2019, Pasangan Pabowo-Sandi mengungguli pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin," ungkapnya.
Apalagi, lanjut Ferry, pihaknya memperkirakan akan unggul jauh setelah debat ketiga cawapres yang akan diselenggarakan pada 17 Maret nanti. Sebab, menurut dia, Sandiaga Uno sudah memiliki persiapan yang sangat mantang.
"Sudah mantap Sandi, tapi harus tetap menghormati Kiai Ma'ruf Amin," ujarnya.
Sebelumnya, influencer Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Maruarar Sirait, menilai hasil lembaga survei sangat beralasan. Apalagi, jika melihat rekam jejak dalam kompetisi merebut kepercayaan publik, Jokowi disebut masih menjadi selera publik hingga kini.
Sementara, Prabowo dalam sejarahnya pada 2009 dan 2014 pernah maju mencalonkan diri sebagai wakil dan presiden tetapi belum mampu merebut kepercayaan rakyat. Pria yang akrab disapa Ara itu menyebutkan, bukan tidak mungkin Gerindra masuk dalam pemerintahan setelah Jokowi menang.
"Bisa saja, itu pandangan saya, karena dalam data 2003 sampai sekarang memang hanya dua orang yang mempunyai elektabilitas paling tinggi, yakni Jokowi dan Prabowo," ujarnya.