Selasa 12 Mar 2019 15:54 WIB

Musik dan Posisinya dalam Islam, Boleh atau tidak?

Sejumlah ulama mengharamkan musik, tapi ada yang membolehkan dengan sejumlah batasan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Karta Raharja Ucu
Ilustrasi Musik
Foto: pixabay
Ilustrasi Musik

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Islam dan musik memiliki keterikatan yang sangat erat. Tiap nadirnya miliki jutaan nada-nada yang mengalun begitu indah untuk menuntun langkah kecil manusia kepada kebahagiaan hakiki.

Sayangnya, tidak jarang manusia memiliki cara yang berbeda memaknai keberadaan musik itu sendiri. Bahkan, kadang-kadang manusia melakukan cara yang tidak sesuai nilai-nilai Islam dalam mengimplementasikan musik tersebut.

Novelis, Habiburrahman El Shirazy mengatakan, keinginan manusia menikmati musik dibolehkan. Tapi, ia menekankan, jangan sampai musik itu justru yang bertolak belakang dengan yang diinginkan ruh.

Apalagi, menggunakan alasan budaya sebagai jalur lain yang dibuat hanya untuk bisa menikmati musik yang tidak diinginkan ruh. Sebab, itu seakan membenturkan, sedangkan budaya dan syariah itu tidak bertentangan.

"Kalau memahami prinsip-prinsip Islam, kita akan bisa menempatkan budaya dan syariat secara tepat, dan sekali lagi, ciri-ciri kebudayaan Islam itu mau yang berupa nyanyian atau lukisan, harus ada ciri-ciri tauhid," kata Kang Abik, sapaan Habiburrahman. Hal itu disampaikan dalam kajian 'Seneng Takon' di Musala Baitul Jannah Bantul beberapa waktu lalu.

Pada kesempatan yang sama, pemain keyboard band Shaggydog, Lilik Sugiyarto menilai musik itu memang indah. Namun, Lilik mengaku masih merasa bingung terhadap hukum musik. Sebab selama ini, kata dia, banyak pakar-pakar kitab yang mengharamkan musik, tapi ada pula yang membolehkan dengan sejumlah batasan.

Untuk itu, ia berpendapat, menyikapi musik sebenarnya kembali ke masing-masing diri. Sebab, jika aplikasinya buruk, tentu musik itu memang akan menjadi buruk.

"Bukan hanya musik, apa pun yang salah digunakan tetap haram. Pisau misalnya, untuk memasak ya baik tapi jika salah digunakan tetap buruk," ujar Lilik.

Lilik turut menyoroti kericuhan yang sempat terjadi dalam acara 'Sedekah Laut' yang ada di Kabupaten Bantul beberapa waktu lalu. Secara umum, kejadian itu ditolak sejumlah orang karena disebut menyimpang.

Bagi Lilik, sebenarnya kejadian itu tidak perlu terjadi dan tidak usah sampai ditolak. Ia menyarankan, acara itu tinggal dikreasikan prosesinya menjadi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Dekan Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Alquran (IIQ) An Nur, Ustaz Ikhsanuddin menuturkan, ada kisah Imam Bukhari yang bisa dijadikan contoh memandang musik. Yaitu, tentang bagaimana sikap Rasulullah SAW.

Ia menerangkan, ketika bersama Siti Aisyah kala itu, ada dua orang yang sedang menyanyikan lagu. Kala itu, Rasulullah SAW membiarkannya, dan sebenarnya bisa diartikan bernyanyi itu memang tidak masalah.

"Begitu juga dengan musik, musik itu misalnya ada walimah, memakai musik itu menjadi mubah," kata Ikhsanuddin.

Ditambahkan, menurut Imam Ghazali, dalam situasi senang atau saat menyambut orang datang itu dibolehkan menggunakan musik. Bagi Ikhsanuddin, itu musik hukumnya mubah karena baik.

Untuk itu, ia menekankan, yang terpenting penggunaan musik atau lagu itu baik. Artinya, kalau musik itu memberikan kebaikan kepada yang mendengarkan, tentu sifatnya menjadi baik.

"Kalau musiknya membangkitkan ibadah dan semangat cinta kepada Allah tidak apa-apa," ujar Ikhsanuddin.

Terkait Sedekah Laut misalnya, ia menilai, sebenarnya acara itu sangat bisa dibenarkan. Yang tidak boleh, bagi Ikhsanuddin, jika hasil jerih payah kerja masyarakat itu sekadar dibuang ke laut.

Padahal, acara-acara seperti itu bisa saja dilaksanakan dengan makan bersama masyarakat. Selain itu, ada pula contoh budaya lain di tengah-tengah masyarakat yaitu menyembelih kerbau.

Ikhsanuddin menekankan, jangan sampai kepala kerbau itu cuma dibuang ke laut, apalagi sampai ditanam ketika ingin membangun sesuatu. Sebab, jika prosesi itu diniatkan selain nama Allah SWT, kegiatannya menjadi haram.

"Lebih baik dimasak bareng-bareng, dan dimakan berjamaah, bersama-sama, jadi selagi untuk manusia itu bisa lebih baik untuk manusia, jangan dibuang-buang yang menjadikannya mubazir," kata salah satu tokoh PP Al Munawwir Krapyak itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement