Senin 11 Mar 2019 19:56 WIB

Jelang Pemilu, Ini Strategi Tim Jokowi & Prabowo di Jabar

Tim Jokowi tidak ingin lengah, sedangkan tim Prabowo enggan menganggap remeh.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ratna Puspita
Petugas logistik KPU Kota Bogor menata kotak surat suara Pemilu 2019 di gedung Bapenda, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/2/2019).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Petugas logistik KPU Kota Bogor menata kotak surat suara Pemilu 2019 di gedung Bapenda, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pencoblosan Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2019 menyisakan waktu sekitar 40 hari lagi. Kedua kubu sudah menyusun strategi dengan memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk memantapkan kemenangan di setiap daerah.

Di tingkat Provinsi Jawa Barat, Tim Kemenangan Daerah (TKD) Joko Widodo-Maruf Amin (Jokowi-Maruf) dan Badan Pemenangan Daerah (BPD) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pun telah pasang ancang-ancang menyambut 40 hari jelang pencoblosan. Menurut Ketua TKD Paslon Nomor Urut 01 di Jabar, Dedi Mulyadi, menjelang 40 hari ibarat menunggu seorang istri yang hendak melahirkan anak.

Artinya, tak boleh lengah dan harus selalu didampingi. "Kalau menjelang 40 hari itu punya bini (istri) jangan ditinggalin, yah. Deketin. Karena sebentar lagi selesai itu 40 hari masa menunggunya," ujar Dedi usai menghadiri Deklarasi Pemilu Damai 2019, di Sudirman Grand Ballroom, Jalan Sudirman, Kota Bandung, Senin (11/3).

Menurut Dedi, TKD sudah memiliki pengalaman di masa 40 hari. Ia sendiri pernah mencalonkan sebagai Wakil Gubernur Jabar pada Pilgub 2018. Hal itu akan dijadikan salah satu gambaran pada Pilpres 2019 inu. 

"Kamikan sudah biasa nangani pemilu, dari mulai pilkades, pilgub, kemudian pileg. Sudah tahun bagaimana cara menjelang 40 hari," katanya.

Dedi pun mengomentari terkait hasil survei internal Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, di mana paslon nomor urut 02 unggul sebanyak 54 persen. Sedangkan, Jokowi-Maruf di kisaran 40 persen.

Hal itu seperti yang disampaikan Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi Dahnil Anzar Simanjuntak. "Ya kalau sudah mengklaim 54 persen enggak usah lagi kukurusukan (blusukan,red) ke Tasik atau ke Bandung. Tinggal tidur saja. Kalau sudah meyakini menang artinya tinggal santai saja dan saya akan kerja," papar Dedi.

Saat ditanya apakah hasil survei BPN tersebut masuk akal, Dedi menilai, memang tidak perlu menggunakan akal. Justru pengakuan tersebut diklaim oleh akal sendiri.

"Bagi saya apapun pengakuannya, apapun surveinya, apapun risetnya yang penting kerja. Pokoknya Pak Jokowi di Jabar menang," katanya.

Dedi pun menilai, meskipun di 40 hari jelang pencoblosan ini tensinya mulai naik, namun Jawa Barat masih cenderung kondusif. Jika ada percikan perbedaan pendapat politik, itu hanya terjadi pada media sosial dan segelitir elite.

"Santai saja, yang ribut itu cuman medsos. Yang ribut cuma elite. Masyarakat mah enggak raribut. Yang ribut mah elite saja, sekarang ribut tentang pilpres. Setelah menang pilpresnya ribut lagi pengen jadi pejabat," katanya.

Di tempat yang sama, Sekretaris BPD paslon nomor urut 02 di Jabar Haru Suandharu mengatakan, tidak akan memandang remeh Jokowi-Ma'ruf pada 40 hari menjelang pencoblosan Pilpres 2019. Saat ini merupakan momen di mana tensi dan ritme di setiap daerah akan lebih ditingkatkan.

"Karena dengan target 70 persen itu kita harus menang mutlak di semua wilayah. Jadi saya kira semua wilayah kita garap," kata Haru.

Haru mengatakan, tak akan ada daerah yang lebih difokuskan di Jabar ini. Karena, seluruh kota dan kabupaten harus dimaksimalkan. "Karena kalau untuk posisi (target) 70 persen enggak mungkin ada yang dominan dan enggak dominan. Kami minta semua harus kerja keras," katanya.

Berdasarkan survei internal, kata dia, hingga Januari 2019 masih terpaut margin 10 persen antara Prabowo-Sandi dan pihak lawan. Karena itu, ia akan terus digenjot minimal unggul dengan selisih 30 persen.

"Saya bilang kan waktu awal kita kick off selisihnya hanya 1 persen. Dalam waktu 2 hingga 3 bulan sudah 10 persen. Saya minta terus ditingkatkan," kata Haru seraya mengatakan, saat ini peroleha  suara belum BEP (break even point) karena BEP-nya 60 persen waktu (Pilpres) 2014 (Prabowo-Hatta Rajasa).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement