Senin 11 Mar 2019 04:57 WIB

Antusias Ingin Ikut Program Menabung Sampah Jadi Emas

Suami istri Sopan dan Eli tahu program Menabung jadi Emas lewat internet

Bank sampah pegadaian
Foto: ERIK PURNAMA PUTRA/REPUBLIKA
Bank sampah pegadaian

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra

Pasangan suami istri bernama Sopan dan Eli tampak ragu-ragu untuk masuk ke ruangan sekretariat bank sampah di Jalan Puri Harapan, Desa Setia Asih, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi pada Ahad (10/3) sekitar pukul 10.00 WIB. Sopan mengaku, mengantarkan istrinya untuk bertanya-tanya tentang bagaimana menukarkan barang bekas untuk ditabungkan agar bisa menjadi emas.

Baca Juga

"Istri saya jualan sembako di rumah, daripada barang-barang ditimbang diserahkan pengepul biasa dan harganya murah, mending dibawa ke sini," kata Sopan saat berbincang dengan Republika

Eli yang merupakan warga Perumahan BSI, Desa Satria Jaya, Kecamatan Tarumajaya, mengaku tertarik mendatangi lokasi bank sampah mitra Pegadaian, setelah mendapat informasi dari internet. Eli yang setiap harinya menjaga warung kelontong mengatakan, setelah membaca informasi berita media daring, ia ingin mencoba menjadi nasabah bank sampah.

"Saya jualan ada warung, banyak kardus dan plastik. Setalah tahu dari internet, terus ke sini tahu ada bank sampah. Ini tanya-tanya dulu apa barang apa saja yang bisa laku," kata Eli masih bingung bagaimana cara mendaftar menjadi anggota bank sampah.

Seksi Opersional Pengurus Bank Sampah M Simun yang menemui pasangan suami istri tersebut menjelaskan, pada dasarnya semua orang bisa ikut program menabung di bank sampah. Cukup dengan menyetorkan berbagai barang bekas, seperti kardus, botol plastik, kertas bekas, hingga besi, kata Simun, semuanya bisa diterima dan dihargai.

Dia menerangkan, setiap orang yang sudah menyetorkan barang bekas mendapatkan buku catatan berisi saldo. Adapun tugasnya sebagai pengurus bank sampah lah yang menyetorkan uang tunai seluruh nasabah itu ke Pegadaian UPC Puri Harapan agar tercatat sebagai buku tabungan. 

"Jadi istilahnya kita yang urusin di Pegadaian, yang penting ibu ada catatannya apa yang disetorkan dan ditimbang. Persyaratannya hanya foto kopi KTP saja," kata Simun menjawab pertanyaan Eli.

Meski alamat rumah Eli beda desa dari lokasi bank sampah, Simun merasa hal itu tidak masalah, lantaran banyak juga nasabahnya yang rumahnya cukup jauh. Pihaknya tidak membeda-bedakan wilayah tempat tinggal nasabah bank sampah. 

Meski begitu, kalau sampah hasil jualan yang dikumpulkan nasabah jumlahnya sedikit atau tidak sampai satu karung, Simun menyarankan agar dibawa langsung ke bank sampah untuk ditimbang. "Kalau barang banyak dan ndak bisa (dibawa), ya saya jemput. Kan ada bektor di sini," ucapnya.

Menurut Simun, banyak keuntungan yang bisa didapat seseorang ketika menabung sampah di Pegadaian. Dia menerangkan, karena status Pegadaian sebagai BUMN yang memiliki cabang se-Indonesia maka nasabah yang memiliki buku tabungan bisa mengambil emas batangan di kantor cabang manapun.

Simun menjawab keraguan Eli yang KTP-nya masih domisili Jakarta. Dia meminta Eli tidak khawatir lantaran KTP bukan menjadi penghalang bagi seseorang untuk bisa menabung sampah ditukar menjadi emas. Simun melanjutkan, ada nasabahnya yang ketika pulang ke Jawa Tengah atau Kalimantan, kalau tiba-tiba ingin mengambil emas bisa langsung ke Pegadaian terdekat. 

photo
Bank sampah pegadaian

"Kalau Ibu Eli nabung di mana tak masalah, mau ambil di tempat mana tak ada masalah. Yang penting kita punya buku tabungan, bisa ambil emas kalau saldonya cukup," ujar Simun disambut anggukan Eli dan Sopan yang sekaligus izin pamit setelah paham dengan penjelasan tersebut.

Dia pun memuji konsep menyetorkan sampah menjadi emas yang dicanangkan PT Pegadaian (Persero) yang mendorong masyarakat menjadi lebih peduli terhadap lingkungan. Simun menyebut, dari ratusan anggota bank sampah di Desa Setia Asih, banyak ibu-ibu yang akhirnya tergerak membawa botol minuman bekas maupun besi tua yang tak terpakai untuk ditimbang.

Bahkan, Simun menyebut, ada seorang ibu yang sudah memiliki tabungan Rp 800 ribu lebih, lantaran rajin menyerahkan besi dan meterial baja sisa hasil kerjaan suaminya, yang selama ini dibiarkan menumpuk di gudang.

"Ada ibu yang suaminya buka bengkel las, kadang bawa besi kadang botol plastik juga dikumpulin ibu itu. Kita gak perhitungan banyak atau dikit, kalau dapatnya Rp 10 ribu atau Rp 20 ribu, tabungin saja gak papa," kata Simun yang memiliki latar belakang sebagai pengepul barang bekas.

Sejak diresmikan pada 2 Agustus 2018, Simun mengatakan, nasabah yang menyetor jumlahnya semakin banyak. Dia sangat mengapresiasi niatan warga yang ingin menyetorkan berbagai barang bekas yang dapat diuangkan demi ditukar menjadi emas. Dia menduga, bisa jadi semakin banyak orang membicarakan bank sampah yang diketuai Rujito Budi Prasetiyo ini, sehinga setiap hari ada saja orang yang datang bertanya untuk dapat menjadi nasabah. 

Meski begitu, ia memberi catatan, keberlangsungan bank sampah akan sangat bergantung dari kompetensi pengurusnya yang memahami tentang dunia rongsokan. "Karena harga barang gitu turun naik juga, kayak gelas minuman plastik bersih itu bisa kita ambil 7.000 per kilogram, tapi kalau ada campuran paling kita ambil 2.000, bisa susut kan bebannya banyak. Ini ada risikonya juga," ujar Simun.

Ketua RT 01 RW 05 Kampung Tanah Tinggi, Desa Setia Asih, Eko yang sedang mengunjungi Simun mengaku, senang dengan keberadaan bank sampah dan taman desa yang dibangun Pegadaian. Menurut dia, khusus adanya bank sampah membuat ada warga di kampungnya yang saat ini menjadi gemar mengumpulkan barang bekas untuk ditabungkan. 

"Masyarakat jadi senang memilih dan memilah sampah, tidak langsung dibuang. Dibawa ke sini dan dijual bisa dalam bentuk rupiah, dan ditabung jadi emas. Ini juga membantu kebersihan kampung kami setidaknya," katanya.

Direktur Utama Pegadaian, Kuswiyoto mengatakan, pembangunan berbagai bank sampah di daerah menunjukkan bahwa perseroan semakin gigih untuk mengubah sampah menjadi emas. Kuswiyoto menjelaskan, program Pegadaian Bersih-Bersih mengajak seluruh masyarakat untuk peduli lingkungan dengan mengkapitalisasi sampah menjadi emas. 

Selanjutnya, masyarakat diberikan pembekalan mengenai pengolahan sampah secara baik dan benar, untuk ditukar dengan emas oleh tim Pegadaian. "Tim kami akan memberikan pembekalan mengenai cara mengumpulkan dan mengolah sampah, selanjutnya dikonversikan menjadi Tabungan Emas," kata Kuswiyoto dikutip dari laman perusahan.

Dia pun mengutip hasil temuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang menunjukkan jumlah sampah per kapita orang Indonesia sebanyak tujuh kilogram per hari atau sebesar 65 juta ton sampah dalam sesatu tahun. Sampah tersebut terdiri 57 persen sampah organik, 16 persen plastik besar, 10 persen kertas, dan 17 persen sampah lainnya. 

Kondisi itu mengakibatkan Indonesia menjadi negara nomor dua sebagai pemasok sampah terbesar di dunia setelah Cina. "Adanya bank sampah ini merupakan upaya untuk mengatasi potensi kerusakan lingkungan dan pemberdayaan manusia. Termasuk mengelola dan mengubah sampah menjadi emas," ujar Kuswiyoto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement