Ahad 10 Mar 2019 19:47 WIB

Walhi: Alih Fungsi Lahan Sebabkan Banjir di Jawa

Alih fungsi lahan berperan besar menyebabkan banjir di Jawa pada tahun ini.

Rep: Agata Eta/ Red: Endro Yuwanto
Ilustrasi banjir.
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Ilustrasi banjir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar lingkungan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Dwi Saung menilai banjir yang terjadi di Pulau Jawa disebabkan oleh banyaknya alih fungsi lahan. Sebisa mungkin lahan hutan yang tersisa di Jawa harus dijaga.

"Jadi lahan yang tadinya berupa hutan itu berubah menjadi lahan perkebunan atau sayur," ujar Dwi saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (10/3).

Selain alih fungsi lahan menjadi perkebunan, Dwi juga menyebut alih fungsi lahan sawah dan permukiman banyak terjadi di Jawa. "Jadi lahan basah atau wetland ini tiba-tiba terjadi penumpukan di atasnya maka terjadilah genangan atau banjir," ujarnya.

Menurut Dwi, alih fungsi lahan berperan besar menyebabkan banjir di Jawa pada tahun ini. "Sebenarnya memang ada siklus banjir panjang karena iklim. Tapi saat ini iklimnya belum memasuki siklus itu, tetapi banjir yang terjadi sudah parah," kata dia.

Dwi juga mengingatkan bahaya dari alih fungsi lahan yang dapat menjadi bom waktu. "Ciri khas dari lahan yang rusak itu sebenarnya adanya banjir mendadak. Banjir inilah yang berbahaya," jelas dia.

Dwi juga melihat biopori sebagai solusi yang dapat dimanfaatkan untuk mencegah banjir khususnya di daerah perkotaan. Biopori dapat membantu menampung air ke dalam tanah. "Setidaknya biopori dapat membantu mempercepat genangan surut," katanya. "Tapi biopori ini kalau di daerah rendah kurang bisa membantu."

Namun, Dwi melihat ada beberapa daerah yang tidak bisa dilakukan pencegahan banjir. "Kalau di daerah rawa-rawa itu kan banjirnya karena air pasang, itu sesuatu yang alamiah jadi tidak bisa diapa-apakan," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement