REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kepala rumah sakit tingkat IV Rumah Sakit Salak, Dokter Sarah mengatakan, kebanyakan korban KRL anjlok yang ditangani di rumah sakit mengalami trauma ringan hingga sedang. Ia juga menambahkan bahwa pihaknya bisa menangani para korban yang dilarikan ke Rumah Sakit Salak. Sedangkan untuk pasien yang di rontgen pihaknya memberitakan untuk rujukan ke PMI, dan untuk menyerahkan kepada pihak PT KAI.
"Mungkin ada dari pihak keluarga atau pasien yang ingin langsung ke Siloam, jadi diserahkan pada pihak PT KAI," ujarnya (10/3).
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya mengatakan, yang terpenting saat itu adalah pengerjaan perbaikan dan evakuasi terhadap dua gerbong yang terguling. Ia juga menambahkan bahwa biaya bagi pengobatan dan rumah sakit akan ditanggung oleh PT KAI dan Dinas Perhubungan.
Hingga sore pukul 16.30 WIB ada sekitar 15 korban yang dilarikan ke Rumah Sakit Salak, Bogor. Dari ke 15 pasien tersebut, sebanyak delapan orang sudah pulang dan tiga pasien akan rawat inap di RS Salak.
Laporan dari PT KCI hingga pukul 14.30 WIB ada belasan pasien yang dilarikan ke beberapa rumah sakit di Kota Bogor. Korban di RS Salak sendiri ada Yakub Agung (masinis), Danang (petugas PPK), lilis Septiani (penumpang), Resti dan Firman yang juga penumpang.
Kemudian di RS Siloam, Fathan, Refa, Resti, Firman yang merupakan penumpang. Di RS Hermina, Maryunita dan Ilham (penumpang). Dan di RS PMI ada Tasya, Kristiani dan Nurhayati yang semuanya merupakan penumpang.
Sementara itu salah satu korban kecelakaan, septiani (23) telah didampingi oleh pihak keluarga masih dirawat, rencananya akan menginap di RS Salak. Ayahnya, Mimin (50) mengatakan bahwa ia merupakan salah satu korban yang selalu memakai jasa KRL untuk bekerja. Ia menambahkan bahwa rute yang biasa dilalui ada beberapa karena menggunakan dari Tanggerang dengan tujuan Bogor.
Berdasarkan ceritanya, Mimin menerima telepon dari HP anaknya, namun yang berbicara bukan anaknya. "Saya ditelepon dari aplikasi telepon anak saya, tapi yang telepon orang PMI mengatakan bahwa anak saya mengalami kecelakaan di Kebon Pedes. Saya disuruh untuk menemui korban di rumah sakit PMI atau Salak dan akhirnya ketemu di RS Salak ini," ujarnya kepada Republika.co.id (10/3).
Ia menambahkan dari 15 korban yang dilarikan kesini, ada tiga orang yang rawat inap yaitu masinis, anaknya dan satu korban lain. Sementara sisanya sudah pulang. Keluarga dan korban hingga kini masih menunggu rontgen dan pemeriksaan dari Dokter ortopedia.
Mimin mengatakan bahwa ia belum mengetahui biaya atau auransi yang akan diberikan pada anaknya. Ia juga berharap agar seluruh biaya bisa ditanggung oleh PT KAI dan BPJS.
"Untuk biaya saya sih belum tahu, dan belum mampu kalau dari saya sendiri. Saya berharap agar di cover dari PT KAI dan BPJS. Tapi, yang tadi saya alami, sejak masuk RS dan ketika menebus biaya obat dari apotik, tidak dikenakan biaya sama sekali," ujar mimin kepada Republika (10/3).