REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kapendam XVII/Cenderawasih Kol Inf Mohammad Aidi mengatakan target pengerjaan jembatan Trans-Papua selesai dalam satu tahun. Bahkan dia berharap anggotanya dapat mencapai over prestasi.
“Kita targetkan tahun ini selesai, mudah-mudahan bisa mencapai target itu,” kata Aidi dalam sambungan telepon pada Republika, Ahad (10/3).
Aidi bercerita, sekitar 2016 anggotanya pun pernah melakukan hal serupa. Yakni melanjutkan pekerjaan membangun jalan di Papua. Saat itu, kata Aidi, pembantaian dialami oleh karyawan PT Modern. Pascainsiden pembantaian, karyawan PT Modern pun tidak berani untuk melanjutkan proyek pengerjaan jalan sehingga dilanjutkan oleh TNI.
“Dan kita (TNI) melanjutkan dengan menggunakan alat-alat punya kontraktor. Itu (proyek jalan) justru kita kerjakan over prestasi artinya sudah selesai sebelum waktunya, karena prajurit bekerja pastinya disiplin,” kata Aidi.
Aidi pun berharap pengerjaan jembatan Trans-Papua yang dilakukan TNI kali ini juga mencapai over prestasi. Kendatipun, dia sendiri belum bisa menerka kesulitan apa yang nantinya akan dihadapi oleh 600 personelnya tersebut.
“Nah kita berharap juga cepat, mudah-mudahan walaupun kita belum tahu faktor kesulitannya,” kata Aidi.
Dengan pengerjaan pembangunan Trans-Papua berjalan cepat menurutnya maka juga bisa menekan anggaran negara. Sehingga, nantinya TNI tidak perlu melakukan pergantian maupun penambahan personel.
“Umumnya prajurit yang bertugas selama ini bertugas umumnya sembilan bulan fullout, bisa bertambah, sampai satu tahun sudah selesai kita harap demikian,” ucapnya.
Aidi mengatakan, 600 personel TNI yang akan bekerja untuk pembangunan jembatan Trans-Papua masih berada di Timika. Personel baru akan berangkat ke Nduga apabila arus sungai sudah aman.
“Saat ini personel kami masih berada di Timika, harusnya hari ini geser ke Nduga tapi karena jalur sungai jadi kita berhitung pasang surut air,” kata Aidi.
Hari ini menurutnya, tidak memungkinkan bagi kapal untuk melawan derasnya arus sungai menuju Nduga. Sehingga, dimungkinkan 600 personel baru akan melakukan perjalanan pada Senin (11/3) besok.
“Jadi kemungkinan besok kalau misalnya pasang surut memungkinkan besok, kalau tidak ya mungkin lusa. Tapi kita berharap besok bergeser,” kata dia.
Aidi menjelaskan, perjalanan menggunakan sungai menuju Nduga tidak bisa disamakan dengan dari Nduga menuju Timika. Jika dari Timika maka kapal akan melawan arus sungai sedangkan apabila dari Nduga menuju Timika maka tidak melawan arus.
“Perjalanan sungai tiga hari dari Timika ke Nduga karena kita melawan arus nah kalau dari Nduga ke Timika bisa cepat dua hari karena tidak melawan arus,” kata Aidi.
Sedangkan untuk tim logistik kata Aidi, telah diberangkatkan terlebih dahulu menggunakan heli. Alasannya, karena tim logistik akan mempersiapkan tempat sekaligus makanan untuk personel yang datang menggunakan jalur sungai.