REPUBLIKA.CO.ID, KAJEN -- Pemerintah kabupaten Pekalongan menerapkan teknologi untuk mengatasi rob yang kerap terjadi di kawasan pesisir Kabupaten dan Kota Pekalongan. Bupati Pekalongan Asip Khilbihi menyebutkan, teknologi yang diterapkan adalah teknologi yang diadopsi dari Rotterdam University Belanda.
''Dengan penerapan teknologi ini, kami berharap banjir rob yang kerap terjadi di wilayah pesisir daerah kami, bisa teratasi,'' jelas Bupati, Rabu (6/3).
Sebelumnya, hal ini juga diungkapkan Bupati dalam rapat koordinasi (Rakor) Kegiatan Pengendalian Banjir dan Rob Kabupaten Pekalongan. Rakor dihadiri dari jajaran pejabat Pemkab Pekalongan, serta pihak pengelola dan pelaksana proyek dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana.
Bupati menyebutkan, negara Belanda selama ini memang terkenal dengan teknologi bendungannya. Bahkan Kota Roterdam yang menjadi salah satu kota besar, sebenarnya merupakan wilayah daratan yang memilikin ketinggian di bawah permukaan laut.
''Karena itu, kita mengadopsi teknologi dari Belanda untuk mengatasi masalah rob,'' kata dia.
Sistem yang dibangun di wilayah Pekalongan, menurut Asip, adalah dengan membangun tanggul raksasa yang akan menelan biaya senilai Rp 500 miliar. ''Saat ini, proses pembangunannya sedang berlangsung. Dalam proses pembangunannya, kita juga berkoordinasi dengan para ahli dari Rotterdam University,'' katanya.
Dengan menggunakan teknologi ini, Asip menyebutkan, tanggul raksasa yang akan dibangun manjadi multifungsi. Selain dibangun tanggul, di bagian tengah tanggiul juga akan dibangun parit sepanjang 10 kilometer yang bisa digunakan sebagai obyek wisata serta sarana olah raga dayung.
Namun dia menyatakan, pemanfaatan parit tersebut akan dilakukan secara bertahap, karena Pemkab masih lebih fokus pada penanganan banjir rob lebih dulu. ''Pembangunan tanggul raksasa direncanakan selesai akhir 2019. Nantinya juga akan ada pompa untuk menyedot air jika air meluap dari sungai serta air laut naik,'' paparnya.
Terkait proyek raksasa ini, Asip mengaku pihaknya akan melakukan evaluasi secara komprehensif terkait dampak sosial yang ditimbulkan. Antara lain, karena sungai yang bermuara di wilayah sekitar tanggul akan ditutup, maka akan ada ratusan perahu nelayan yang tak bisa lagi ditambatkan de sepanjang sungai.
Untuk itu, kata Asip, Pemkab akan membangun tambatan perahu agar perekonomian nelayan tidak terganggu. ''Dengan demikian, adanya tanggul raksasa tidak akan menyebabkan kegiatan nelayan terhenti,'' kata dia.