Rabu 06 Mar 2019 12:36 WIB

PJT Sebut Cadangan Air di Waduk Jatiluhur Cukup

Ketinggian air Jatiluhur di bawah target.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Objek wisata Waduk Jatiluhur, masih menjadi destinasi favorit selama libur lebaran dan sekolah.
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Objek wisata Waduk Jatiluhur, masih menjadi destinasi favorit selama libur lebaran dan sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Perum Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur, memastikan cadangan air di Waduk Ir Djuandan yang berada di Kecamatam Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, cukup aman. Pasalnya, saat ini ketinggian air (TMA) mencapai 94,83 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dengan TMA di kisaran 94 mdpl ini, volume air yang tersedia di waduk tersebut setara 1.552 juta meter kubik.

Manajer Humas PJT II Jatiluhur, Dedi Ali Imran, mengatakan, saat ini merupakan musim penghujan. Saatnya, Waduk Jatiluhur menampung air sebanyak-banyaknya. Sebab, air yang ditampung saat musim penghujan ini, akan digunakan untuk kebutuhan saat musim kemarau mendatang. Air dari waduk ini, sebagian besar untuk mencukupi kebutuhan irigasi (sektor pertanian).

Baca Juga

"Tapi, air dari kita juga, untuk memenuhi kebutuhan air baku PDAM wilayah Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta dan Subang. Juga, untuk air baku industri," ujar Dedi, kepada Republika.co.id, Selasa (5/3).

Menurut Dedi, TMA 94,83 mdpl ini sebenarnya berada di bawah rencana. Mengingat, rencananya tinggi muka air itu berada di level 99,11 mdpl. Akan tetapi, realisasinya di bawah rencana. Meski demikian, statusnya masih cukup aman.

Bahkan, sambung Dedi, jika musim hujan sudah berhenti, stok air di waduk ini masih cukup melimpah. Bahkan, bisa menutupi kebutuhan air sampai akhir 2019 mendatang. Dengan begitu, tidak usah khawatir. Terutama, bagi petani yang ada di hilir.

Apalagi, lanjut Dedi, saat musim penghujan seperti ini, beban kerja Waduk Jatiluhur tak terlalu tinggi. Sebab, kebutuhan air bisa disuplai dari air hujan atau sumber mata air lainnya. Sehingga, air yang digelontorkan dari Waduk Jatiluhur tidak sebesar seperti saat musim kemarau. 

Dedi menyebutkan, Waduk Jatiluhur berkewajiban menyuplai air untuk kebutuhan 240 ribu hektare sawah yang berada di hilir. Seperti, di wilayah Karawang, Subang, Bekasi dan sebagian Indramayu. Karena itu, setiap harinya air yang mengalir dari Purwakarta ke hilir ini harus tetap terjaga. 

"Jika tidak kita atur, maka bisa menimbulkan konflik gara-gara air. Karenanya, pasokan air ini harus tetap tersedia," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, M Hanafi Chaniago, mengatakan, lahan baku yang ada di wilayahnya mencapai 97 ribu hektare. Areal pertanian ini, terbagi menjadi lima golongan air. Adapun air tersebut, disuplai dari Waduk Jatiluhur melalui aliran Sungai Citarum dan anak sungainya.

"Kalau musim penghujan, yang dikhawatirkan itu bukan ketersediaan air. Namun, soal serangan hama dan banjir," ujar Hanafi.

Mengingat, Karawang ini menjadi salah satu daerah langganan banjir. Bahkan, ada tiga sungai besar yang melintasi wilayah ini. Yaitu, Sungai Citarum, Cibeet dan Cilamaya. Jika debit air itu limpas, maka salah satunya akan berimbas pada areal sawah yang ada di dekat aliran sungai itu. 

"Tapi, sampai saat ini kami belum menerima laporan soal banjir. Jika, serangan hama sudah ada. Namun, serangannya belum signifikan," jelas Hanafi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement