Selasa 05 Mar 2019 16:51 WIB

Panen Perdana, Petani Nikmati Tingginya Harga Gabah

Lahan yang mulai masuk masa panen terjadi di Kecamatan Kroya, Gantar, dan Haurgeulis

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Friska Yolanda
Seorang Petani, Gofur (55) menunjukan pipa air yang kosong disawahnya kawasan Kopyak, Indramayu, Selasa (26/8). (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Seorang Petani, Gofur (55) menunjukan pipa air yang kosong disawahnya kawasan Kopyak, Indramayu, Selasa (26/8). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Petani di sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu mulai memasuki panen perdana. Mereka pun menikmati tingginya harga gabah karena masih minimnya lahan yang telah panen.

Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, menyebutkan, lahan tanaman padi yang mulai memasuki masa panen ada di Kecamatan Kroya, Gantar dan Haurgeulis. Lahan di kecamatan-kecamatan itu merupakan tadah hujan dan memulai musim tanam lebih awal dibandingkan daerah-daerah lainnya.

Baca Juga

"Mereka mulai panen akhir Februari kemarin. Itupun baru permulaan, belum semuanya panen," kata Sutatang kepada Republika.co.id, Selasa (5/3).

Sutatang menyebutkan, total luas lahan yang mulai memasuki panen di tiga kecamatan itu baru di kisaran puluhan hektare. Sedangkan yang lainnya, akan segera menyusul sepanjang Maret sampai April mendatang.

"Puncak panen rayanya pada April," ujar Sutatang.

Sutatang mengatakan, petani yang saat ini memasuki panen masih menikmati tingginya harga gabah. Dia menyebutkan, harga gabah kering panen (GKP) saat ini ada di kisaran Rp 5.000 per kilogram. Harga itu jauh lebih tinggi dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP) GKP yang hanya Rp 3.700 per kilogram.

Namun, untuk harga gabah kering simpan hasil panen gadu 2018, harganya kini turun menjadi di kisaran Rp 6.000 per kilogram. Padahal pada Januari 2019, harganya sempat mencapai Rp 6.700 per kilogram.

Menurut Sutatang, harga gabah simpan yang ada di petani mulai turun karena sudah banyak daerah di Jawa Tengah yang kini mulai panen. Karenanya, pasokan gabah di pasaran mulai bertambah.

"Ya sesuai hukum ekonomi," kata Sutatang.

Sementara itu, ketika ditanyakan mengenai serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) selama musim tanam 2018/2019, Sutatang menilai, relatif aman. Menurutnya, tak ada serangan yang bersifat massal.

"Paling kendalanya hanya kurangnya pasokan air pada saat awal musim tanam. Karenanya, ada daerah-daerah yang saat ini baru memulai musim tanam," tutur Sutatang.

Terpisah, seorang petani di Kecamatan Gantar, Tarma, mengatakan, hasil panennya saat ini cukup bagus, dengan produksi lebih dari tujuh ton per hektare. Dia pun bersyukur, panen di masa awal membuat harga gabahnya cukup tinggi.

"Gabahnya langsung saya jual, tidak disimpan. Mumpung harganya masih tinggi," kata Tarma. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement