Senin 04 Mar 2019 18:42 WIB

Kuningan Dilanda Sejumlah Longsor

Longsor di Kuningan tidak menimbulkan korban jiwa.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Pergerakan tanah yang mengakibatkan longsor di Kabupaten Kuningan (ilustrasi).
Foto: bpbd.kuningankab.go.id
Pergerakan tanah yang mengakibatkan longsor di Kabupaten Kuningan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN – Bencana tanah longsor kembali terjadi di sejumlah lokasi di Kabupaten Kuningan. Masyarakat pun diimbau untuk mewaspadai bencana hidrometeorologi hingga beberapa hari mendatang.

Berdasarkan data dari Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, bencana tanah longsor terjadi di Blok Cipeuteuy, Desa Pakapasan, Kecamatan Hantara, Ahad (3/3) pukul 23.00 WIB. Longsor terjadi pada tebing Sungai Cisema dengan panjang delapan meter, tinggi 2,5 meter dan lebar satu meter.

Baca Juga

‘’Longsoran itu mengancam rumah warga bernama Tawa yang dihuni lima jiwa,’’ kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin, Senin (4/3).

Dalam waktu bersamaan, longsor juga terjadi di Dusun Cilimus, Desa Jamberama, Kecamatan Selajambe. Longsor terjadi pada tembok penahan tanggul (TPT) akses jalan Desa Jamberama–Padahurip, yang tergerus luapan sungai Cilimus, yang merupakan anak sungai Cijolang DAS Citanduy.

Selain itu, longsor juga terjadi pada TPT jalan dusun, yang tergerus luapan sungai Cipinang. Sungai tersebut merupakan anak sungai Cijolang DAS Citanduy.

‘’Dampaknya, akses jalan desa hanya bisa dilalui kendaraan roda dua dan akses jalan dusun tidak bisa dilalui kendaraan,’’ terang Agus.

Longsor juga terjadi di Dusun Cikoneng, Desa Linggajaya, Kecamatan Ciwaru, Ahad (3/3) pukul 21.00 WIB. Di lokasi tersebut, longsor terjadi pada TPT rumah warga bernama Mahfudin (50) sepanjang enam meter, tinggi dua meter dan lebar 2,5 meter.

Tak hanya rumah Mahfudin, longsoran TPT itu juga mengancam rumah warga lainnya bernama Toni (45 tahun). Petugas BPBD, TNI, Polri, aparat desa dan warga pun bergotong-royong memasang crucuk sebagai upaya untuk menahan tanah yang longsor.

Agus menambahkan, longsor juga terjadi di Dusun 3 Karangsari, Desa Dukuhbadag, Kecamatan Cibingbin, Senin (4/3) pukul 02.00 WIB. Longsor terjadi pada sayap jembatan Cijangkelok 1 Desa Dukuhbadag sepanjang 13 meter, tinggi lima meter dan lebar 1,5 meter.

Longsor terjadi setelah sayap jembatan itu tergerus air sungai Cijangkelok yang meluap. Peristiwa tersebut menyebabkan akses jalan utama Desa Sukamaju – Bantarpanjang terancam.

‘’Kendaraan masih bisa lewat, tapi harus bergantian,’’ tutur Agus.

Agus menyatakan, semua peristiwa longsor itu tidak menimbulkan korban jiwa. Menurutnya, semua bencana itu terjadi setelah hujan lebat mengguyur selama beberapa jam.

Deputi Bidang Meteorologi, R Mulyono R Prabowo, dalam siaran persnya yang disampaikan Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Ahmad Faa Izyn, menjelaskan, beberapa memasuki awal Maret 2019, beberapa fenomena atmosfer terpantau muncul secara bersamaan. Hal itu dapat membawa konsekuensi meningkatnya potensi curah hujan tinggi di kawasan Indonesia. Saat ini, teridentifikasi adanya aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) di Samudera Hindia.

MJO merupakan fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur. Fenomena itu dapat meningkatkan potensi curah hujan di daerah yang dilaluinya.

‘’MJO diprakirakan akan bergerak melintas wilayah Indonesia yang dapat bertahan hingga satu minggu ke depan,’’ kata Ahmad, Sabtu (2/3).

BMKG pun menghimbau kepada masyarakat agar tetap waspada  pada periode awal Maret, khususnya dampak dari potensi curah hujan tinggi. Pasalnya, kondisi tersebut dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin.‘’Kondisi itu dapat meningkat hingga pertengahan Maret 2019,’’ kata Ahmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement