REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Dewan Penasehat TKN yang juga Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menilai para penyebar hoaks menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2918 tidak mempedulikan ancaman persatuan. Ia pun berpendapat penyebar hoaks melihat memenangkan Pemilu itu seperti sebagai hidup mati.
"Seakan-akan masalahnya adalah hidup atau mati. Seakan-akan kita sudah harus siap menerima kalau pemilu ini walaupun akan menimbulkan perpecahan bangsa," kata Paloh saat mengunjungi dan memberikan pengarahan Tim Kampanye Daerah (TKD) Sumatera Selatan di Kantor TKD Jakabaring, Kota Palembang, Ahad (3/3).
Ia menjelaskan hoaks atau berita bohong yang beredar menjelang Pemilu serentak pada 17 April 2019 akan mengancam persatuan bangsa. Pada media yang begitu canggih sekarang ini, timbul hoaks, fitnah, sirik, dengki, khianat, dan sebagainya.
"Ini mengancam kebersamaan kita sesama warga negara bangsa ini. Inilah yang mengancam persatuan, " kata Paloh.
Untuk itu, pendiri dan pemilik MetroTV ini mengajak semua pihak memikirkan akibat yang ditimbulkan hoaks bisa menimbulkan perpecahan bangsa. "Kalau sudah tahu ini hanya untuk merugikan bangsa untuk apa pemilu? Kita lebih mengutamakan persatuan bangsa, itu harus kalian ingat," kata Paloh.
Paloh mengajak kepada para anggota TKD dan relawan pendukung pasangan calon Presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin ini memahami terkait pentingnya persatuan rakyat dan bangsa Indonesia. "Pemahaman-pemahaman ini penting bagi tim TKD Sumsel supaya terisi sedikit pikiran-pikirannya, kita sayang kepada negeri ini, kita sayang pada negara ini, kita sayang pada persatuan bangsa kita ini, melebihi sayang kita kepada hari Pemilu itu sendiri," kata Paloh.
Ketua Umum Partai Nasdem juga mengatakan bahwa ini tidak berarti bekerja biasa-biasa saja. Sebab, kemenangan daripada Jokowi-Ma'ruf Amin harus dihadirkan sebagai satu kemenangan yang absolut.
Paloh khawatir jika pemerintahan berganti kelanjutan progres pembangunan yang sedang dijalankan oleh pemerintah Jokowi ini tidak akan berlanjut. Sebab, konsep, pandangan, dan pikiran yang berbeda akan melahirkan kebijakan yang berbeda.
Paloh juga menyatakan kekhawatiran adanya pertentangan antara memilih Jokowi dengan tidak memilih Jokowi sudah sarat dengan politik aliran, perbedaan suku, agama. "Itu jelas bertentangan dengan pemahaman dan kelaziman kehidupan kita di negeri Pancasila ini. Karena komitmen kebangsaan kita dengan ideologi Pancasila, itu jelas memberikan mandat kepada kita pemahaman pada kita, kita harus saling menghargai perbedaan itu," tegasnya.
Bahkan, lanjut Paloh, bangsa Indonesia menganggap perbedaan bukan kelemahan, tetapi merupakan cakrawala keindahan yang dipersatukan dalam perbedaan-perbedaan tetapi satu jua. "Nah itulah filosofis yang kita miliki, maka kehidupan suku bangsa kita yang bermacam-macam aneka ragam ini, sampai hari ini Insyaallah dan alhamdulillah kita bisa di posisi yang saling bisa bekerja sama menghormati satu sama lain," harapnya.
Dalam kunjungannya ini, Paloh yang didampingi beberapa tokoh Partai Nasdem disambut Ketua TKD Syahrial Oesman beserta anggota TKD lainnya.