REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menilai kontestasi Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 lebih keras dibandingkan Pilpres sebelumnya di era reformasi. Meski diperkirakan akan berlangsung keras, SBY tetap berharap Pilpres jangan sampai memecah persatuan bangsa.
''Beliau mengamati bahwa kontestasi Pilpres 2019 lebih keras dibandingkan Pilpres sebelumnya di era reformasi, seperti terjadinya polarisasi tajam dan dukungan indentitas yang menguat,'' kata Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Hinca Pandjaitan saat membacakan surat kedua SBY yang diberikan kepadanya, di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Kamis (28/2).
Apabila kondisi itu terlampau jauh, kata SBY, maka kerukunan bangsa Indonesia akan retak. Karena itu, SBY mengajak kader Demokrat serta masyarakat mencegah agar potensi keretakan tersebut tidak terjadi.
Menurut Hinca, SBY menilai semua kader Demokrat harus berperan aktif dalam rangkaian Pemilu yang berlangsung aman dan damai. Kader Demokrat harus berperan aktif dalam memastikan Pemilu berlangsung demokratis, jujur, dan adil.
''Persaingan pemilu memang keras, namun tidak patut terjadinya disintegrasi,'' ujarnya. ''Jadi, perlu kesadaran bersama.''
Hinca mengatakan, dalam surat kedua tersebut, SBY menjelaskan bahwa Presiden Keenam RI itu tidak dapat hadir secara fisik bersama kader Demokrat dalam memenangkan partai karena harus mendampingi Ani Yudhoyono berobat di Singapura. Menurut dia, SBY berharap semangat para kader tidak berkurang meskipun dirinya tidak hadir secara fisik. Padahal, dua bulan ini merupakan saat menentukan bagi caleg Demokrat.
''Beliau menyampaikan sangat ingin secara fisik berada di lapangan dan berjuang, namun harus mendampingi pengobatan Ibu Ani Yudhoyono di Singapura,'' tuturnya.
Hinca mengatakan, SBY meyakini Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan dua anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat Nachrowi Ramli serta Soekarwo merupakan pemimpin yang tangguh. SBY sangat yakin ketiga orang tersebut mampu memimpin kampanye terpadu menggantikan dirinya yang sedang berada di Singapura.
''Beliau juga berpesan agar para senior Demokrat membantu Kogasma, mereka antara lain EE Mangindaan, Amir Syamsuddin, Vence Rumangkang, Syarief Hasan, Djoko Udjianto, Jafar Hafsah, Nurhayati Ali Assegaf, Pramono Edhie, Jhonny Alen Marbun, Max Sopacua, dan Ahmad Yahya,'' ujarnya.
Sebelumnya, SBY memberikan secara langsung dua surat kepada Hinca sebagai Sekjen Partai Demokrat di Singapura. Surat pertama berisi 10 poin, salah satunya memberikan mandat kepada AHY memimpin kampanye Pemilu 2019 dibantu Soekarwo dan Nachrowi Ramli.