Rabu 27 Feb 2019 21:38 WIB

Perbanyak Rambu Peringatan di Lokasi Rawan Bencana

Rambu peringatan ini merupakan upaya mengurangi risiko bencana alam.

Penetapan Lokasi Rawan Bencana: Seorang pengendara melintas di sekitar bekas jalan umum dan kawasan perumahan warga yang telah rata akibat tersapu tsunami, dan kini terendam air laut, di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (25/2/2019).
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Penetapan Lokasi Rawan Bencana: Seorang pengendara melintas di sekitar bekas jalan umum dan kawasan perumahan warga yang telah rata akibat tersapu tsunami, dan kini terendam air laut, di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (25/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman Dr Endang Hilmi mengatakan perlunya memperbanyak rambu peringatan di lokasi rawan bencana. Cara ini merupakan salah satu upaya pengurangan risiko bencana alam.

"Perbanyak rambu peringatan bencana mulai dari rambu peringatan longsor hingga rambu-rambu tentang wilayah berpotensi pohon tumbang," katanya di Purwokerto, Rabu (27/2).

Endang hilmi yang merupakan Kepala Pusat Mitigasi Bencana Unsoed mengatakan pemasangan rambu diperlukan guna meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana alam.

"Khusus rambu tentang wilayah berpotensi pohon tumbang juga diperlukan bagi pengendara bermotor agar selalu waspada ketika melalui wilayah yang berpotensi pohon tumbang saat bencana terjadi," katanya.

Selain itu dia juga mengingatkan bahwa pemerintah mulai dari pusat hingga daerah perlu terus meningkatkan sosialisasi mengenai informasi perkembangan cuaca ekstrem hingga ke tingkat perdesaan.

"Apalagi sekarang ini curah hujan masih tinggi sehingga meningkatkan potensi bencana seperti longsor, banjir, puting beliung. Masyarakat perlu mendapat informasi sebanyak-banyaknya terkait kondisi cuaca," katanya.

Dia menambahkan, perlu proses pembelajaran kepada masyarakat tentang karakteristik cuaca saat ini, karena biasanya masyarakat hanya mengandalkan pengalamaan selama ini khususnya petani.

"Risiko bencana akibat cuaca menjadi sangat tinggi terutama risiko tersambar petir," katanya.

Sebelumnya, Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika menginformasikan bahwa pada saat ini Provinsi Jawa Tengah masih berada dalam puncak musim hujan sehingga potensi cuaca ekstrem masih dapat terjadi.

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara) Setyoajie Prayoedhie mengatakan masyarakat perlu tetap meningkatkan kewaspadaan karena musim hujan diprakirakan masih akan berlangsung hingga bulan Mei 2019 di Jawa Tengah.

Setelah itu, tambah dia, wilayah Jawa Tengah akan memasuki pancaroba atau musim peralihan. "Memasuki musim peralihan nanti intensitas curah hujan akan berangsur mengalami penurunan  bila dibandingkan saat ini. Kendati demikian, masih ada potensi cuaca ekstrem pada saat musim peralihan nanti sehingga masyarakat masih tetap harus meningkatkan kewaspadaan," katanya.

Ada banyak faktor yang bisa memengaruhi potensi cuaca ekstrem saat pancaroba nanti, namun demikian BMKG akan secara berkala menginformasikan kepada masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement