REPUBLIKA.CO.ID, BANJAR -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi langkah Nahdlatul Ulama (NU) selaku organisasi masyarakat yang konsisten menjaga kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia. Dalam pembukaan Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2019 di Kota Banjar, Jawa Barat pada Rabu (27/2), Presiden menyebutkan bahwa sejarah telah mencatat peran perjuangan NU dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan RI.
NU, menurut Jokowi, tak hanya paling depan dalam merebut kemerdekaan, namun juga terdepan dalam menjaga kesatuan NKRI. "NU juga selalu jadi yang terdepan untuk cegah siapapun yang ingin ganti dasar negara kita Pancasila, yang coba mempertentangkan Pancasila dan Islam. Karena bagi NU pancasila adalah solusi kebangsaan yang jadi konsensus," jelas Jokowi di hadapan ribuan Nahdliyin, Rabu (27/2).
Presiden juga mengapresiasi pemilihan tema yang diambil NU dalam Munas dan Konbes kali ini, yakni 'Memperkuat Ukhuwah Wathaniyah untuk Kedaulatan Rakyat'. Menurutnya, hal ini menjadi pengingat masyarakat untuk mengambil peran dalan menjaga persaudaraan dan persatuan di tengah kehidupan berbangsa.
"Tema ini penting karena tegaskan komitmen NU untuk kuatkan ukhuwah kita," ujar Jokowi.
Untuk menguatkan pesan persatuan yang disampaikan, Jokowi menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Afganistan pada awal 2018 lalu. Ia bercerita bahwa Ibu Negara Afganistan, Rula Ghani, menceritakan perjalanan panjang konflik yang terjadi di negerinya.
Menurutnya, Indonesia memiliki tantangan besar untuk menjaga kerukunan antara 714 suku bangsa yang ada. Angka ini tentu jauh lebih banyak ketimbang jumlah suku di Afganistan yang hanya ada 4 suku.
"Problem dimulai saat 2 suku bertikai. Afghanistan punya 7 suku dan indonesia 714 suku. Karena konflik dua suku ini akhirnya perang dan 40 tahun selesai," kata Jokowi.
Pesan yang ia ingin tegaskan adalah pentingnya menjaga kerukunan antarsuku dan antaragama di Indonesia. Ia mengapresiasi peran NU yang selama ini telah berupaya menjaga iklim persatuan. Apalagi, Jokowi mengingatkan, momentum menjelang pemilihan presiden ini dianggap rentan munculnya hoaks yang berujung perpecahan masyarakat.
"Jangan sampai karena urusan pilihan bupati, pilihan gubernur, urusan walikota, urusan pilpres. Kita jadi tidak merasa saudara sebangsa dan setanah air. Hati-hati kalau ada rasa itu. Saya ajak kita semuanya untuk jaga ukhuwah islamiyah dan wathaniyah kita," kata Jokowi.