REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Keberadaan 32 Unit Pengolahan Sampah (UPS) dan 600 bank sampah di Kota Depok, cukup signifikan membantu mengurangi volume sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung hingga mencapai 56 persen. "Saat ini Kota Depok memiliki 32 UPS dan 600 bank sampah. Jumlahnya akan terus kita upayakan ditambah karena ternyata cukup efektif mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA Cipayung," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok, Ety Suryahati, di Balai Kota Depok, Senin (25/2).
Etty mengutarakan, dari 1.300 ton sampah yang dihasilkan warga Kota Depok, hanya 700 ton sampah yang masuk ke TPA Cipayung. Sisanya diolah di UPS dan bank sampah yang tersebar di Kota Depok.
"Satu UPS bisa menghasilkan lima ton pupuk kompos setiap tahunnya. Pupuk kompos yang dihasilkan ini dibagikan kepada warga yang membutuhkan secara cuma-cuma. Jadi dari masyarakat, kembali lagi ke masyarakat," jelas Etty.
Menurut Etty, dari kegiatan pengolahan sampah di UPS dan bank sampah mampu mengurangi volume sampah hingga 56 persen. "Pencapaian ini akan terus ditingkatkan. Kami memiliki target 70 persen pengurangan sampah, hingga 2025," ucapnya.
Untuk membantu mengatasi persoalan sampah, Kelurahan Sukamaju, Sukmajaya, Kota Depok terus meningkatkan jumlah bank sampah di setiap RW. "Saat ini sudah tujuh bank sampah telah terbentuk. Dampaknya sangat signifikan dalam mengurangi volume sampah hingga mencapai 30 persen," terang Lurah Sukamaju, Sukmajaya, Kota Depok, Nurhadi.
Dia mengatakan, selain itu, keberadaan bank sampah secara tidak langsung ikut memengaruhi kesejahteraan masyarakat karena sampah nonorganik yang terkumpul biasanya di daur ulang menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual. Misalnya tas, taplak meja, dan lainnya. "Kami akan terus tingkatkan jumlah bank sampah, sehingga 29 RW yang ada memiliki bank sampah," tutur Nurhadi.