REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Solo bertambah menjadi delapan orang sampai pekan ketujuh tahun 2019. Kasus DBD di Solo pada tahun ini ditemukan pertama pada akhir Januari sebanyak satu kasus di Kelurahan Mojosongo, Jebres. Dua pekan berselang, Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo mendapat laporan tambahan tujuh kasus.
Kepala DKK Solo, Siti Wahyuningsih, mengatakan, rata-rata kasus DBD ditemukan di daerah endemik. Dia berharap, temuan kasus DBD tersebut tidak bertambah lagi.
"Kami tetap harus waspada," ujarnya kepada wartawan di Balai Kota Solo, Sabtu (23/2).
Menurutnya, tahun ini merupakan siklus lima tahunan penyakit DBD mengalami kenaikan. Biasanya, kenaikan kasus terjadi mulai Maret, kemudian puncaknya pada November. Karenanya, DKK Solo terus menggalakkan upaya pencegahan DBD. Antara lain dengan sosialisasi agar masyarakat menjaga kebersihan lingkungan.
"Kami galakkan gerakan masyarakat rajin pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan memunculkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat," imbuhnya.
Pada 2018, di Kota Solo hanya ditemukan 24 kasus DBD. Jumlah kasus tersebut mengalami penurunan dibandingkan 2017 yang terjadi sebanyak 146 kasus, dan 2016 sebanyak 751 kasus.
Sementara itu, Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan, jika ditemukan kasus DBD, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Pertama, terus menggerakkan ibu-ibu PKK untuk pemantauan jentik-jentik nyamuk di rumah tangga atau juru pemantau jentik (jumantik). Kedua, mengendalikan dengan abate. Serta ketiga, sebelum itu menjadi endemik DBD harus ada langkah-langkah konkret salah satunya Jumat Bersih.
"Untuk mengendalikan jentik, masdar bersayak atau masyarakat sadar tentang pemberantasan sarang nyamuk, itu kami lakukan. Jumat bersihnya nanti kami galakkan terus di masing-masing kelurahan. Dan kami minta untuk kelurahan yang sudah ditemukan delapam orang mudah-mudahan semua bisa diatasi," jelas Rudyatmo.
Wali Kota menambahkan, persiapan abate di setiap puskesmas sudah cukup. Karenanya, dia meminta agar petugas berkeliling diberi bekal abate.
Sementara itu, Wali Kota menilai belum perlunya dilakukan pengasapan atau fogging. Sebab, fogging justru akan membuat nyamuk marah kemudian pindah tempat.
"Paling tidak, semak-semak yang ada di lahan-lahan tidur kami minta untuk dibersihkan. Termasuk bekas pom bensin. Lahan-lahan tidur kami cek supaya dibersihkan," ucapnya.