REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam upaya merajut persatuan dan kesatuan di tengah kontestasi politik yang melunturkan semangat nilai-nilai persaudaraan dalam kebangsaan, Yayasan Lathoiful Istiqlal Jakarta menggelar silaturahim kebangsaan dan doa bersama. Acara tersebut digelar di Hall D1, JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (23/02).
Sejumlah tokoh antarumat beragama di Indonesia yang hadir di antaranya KH Ahmad Muwafiq dan KH Nur Muhammad Iskandar sebagai perwakilan dari agama Islam. Lalu ada Romo Franz Magnis Suseno dari Katolik, Murdaya Poo dari Budha, Nyoman Udayana Sangging dan Wisnu Bawa Tenaya dari agama Hindu, serta Hanliyana Wiguna.
Para tokoh dari berbagai agama tersebut berharap persatuan dan kedamaian akan selalu menaungi Indonesia, khususnya di tahun politik ini. Meskipun terdiri atas berbagai agama, mereka yakin perbedaan tidak akan menghalangi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ketua Yayasan Lathoiful Istiqlal Jakarta Meta Nurwidyanto menjelaskan, acara silaturrahim kebangsaan dan doa bersama untuk negeri tersebut digelar karena pesta demokrasi kali ini semakin pelik. Apalagi, menurut dia, tahun politik sekarang terasa berbeda dan cenderung mengikis nilai-nilai persaudaraan sesama anak bangsa.
“Narasi-narasi hoaks bernada hujatan antar satu kubu dengan kubu lainnya telah cukup memberi percikan perpecahan di kalangan masyarakat," ujar Meta melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (23/2).
Karena itu, lanjut dia, semua pihak harus mengenyampingkan segala perbedaan apapun. Karena, menurut dia, sejak dulu masyarakat Indonesia selalu disatukan dari perbedaaan suku, ras, dan agama, sehingga mampun menjadi bangsa yang kuat seperti saat ini.
"Jadi jangan sampai usaha-usaha yang sudah diperjuangkan oleh para pendahulu kita agar bersatu, kemudian dilemahkan oleh perbedaan pandangan politik sesaat,” ucapnya.
Dalam tausiyahnya, KH Ahmad Muwafiq menyebut bahwa Indonesia beruntung sebagai negara yang memiliki berbagai suku dan budaya. Perbedaan yang ada, menurut dia, memberikan peluang bagi Indonesia menjadi contoh untuk kerukunan umat beragama.
"Kita memiliki negara di mana negara kita berbeda dengan negara lain. Kita puluhan bangsa mampu dipikul oleh satu negara, bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujar pendakwah yang biasa dipanggil Gus Muwafiq ini.
Sementara itu, Romo Frans Magnis Soeseno mengatakan, persatuan berbagai keyakinan di Indonesia semuanya didasarkan pada Pancasila. Menurut dia, persatuan tersebut untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik kedepannya. “Kami bersatu di atas dasar Pancasila untuk bersama membangun kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Romo Magnis.