Jumat 22 Feb 2019 21:19 WIB

Hasil Uji Klinis, Vaksin Konjugat Tifoid Dinyatakan Aman

Riset ini langkah penting untuk pengembangan vaksin tifoid yang bisa melindungi dunia

Rep: Hiru Muhammad/ Red: Karta Raharja Ucu
Vaksin (ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Vaksin (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Para peneliti dari Bio Farma, Universitas Indonesia, dan International Vaccine Institute (IVI) Korea Selatan, belum lama ini mempublikasikan hasil uji klinis fase I dari vaksin baru (novel) yaitu vaksin konjugat tifoid. Uji klinis ini melibatkan orang dewasa dan anak-anak di Indonesia. Hasil menunjukkan vaksin tersebut aman dan berpotensi menghasilkan respons imun protektif.

Demam tifoid, yang disebabkan bakteri Salmonella typhi, memiliki beban penyakit yang  tinggi secara global. Diperkirakan menyebabkan angka kematian hingga 200 ribu per tahun.

Demam tifoid juga menyerang anak-anak yang lebih kecil, terutama pada beberapa negara endemik. Vaksinasi tifoid merupakan pencegahan yang penting. Namun vaksin polisakarida tifoid konvensional (Vi-PS) ini tidak dianjurkan untuk anak di bawah usia dua tahun.

Para peneliti dari IVI dan mitra peneliti di Indonesia memiliki tujuan untuk melihat aspek keamanan dan imunogenisitas vaksin konjugat S. typhi Vi-DT yang baru. Riset yang diterbitkan baru-baru ini dalam jurnal PLoS ONE, menunjukkan vaksin baru ini aman dan imunogenik pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia dua tahun, dengan dosis tunggal yang menginduksi respons kekebalan yang optimal tanpa memandang usia.

“Riset ini merupakan langkah penting menuju pengembangan vaksin tifoid VI-DT yang dapat melindungi dunia, khususnya yang paling rentan terhadap demam tifoid ini anak-anak" ujar Dr Sushant Sahastrabuddhe, Direktur Program Tifoid IVI.

Dr Jerome Kim, Direktur Jenderal IVI menambahkan, riset juga membuka jalan untuk pengembangan tahapan uji klinis lebih lanjut dari vaksin ini, sehingga vaksin tifoid konjugat dapat lebih cepat masuk ke pasaran. Studi ini telah dilakukan bersama antara Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Universitas Indonesia, dan Bio Farma, bekerja sama dengan IVI yang mengembangkan vaksin dan melakukan transfer teknologi pada produsen vaksin dan antisera di Indonesia. Saat ini, Studi fase II dari vaksin ini sedang berlangsung di Indonesia.

“Kami bangga atas kolaborasi yang sukses dengan tim dari Universitas Indonesia bersama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan mitra kami dari IVI, sehingga memberikan hasil yang sangat positif dari studi fase I ini. Ini adalah pencapaian penting dalam upaya kami untuk mengembangkan vaksin tifoid konjugat baru," kata Dr Novilia Sjafri Bachtiar, Kepala Divisi Surveilans dan Uji klinis Bio Farma.

Adriansjah Azhari, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bio Farma mengatakan, melalui kolaborasi dengan IVI dan para ahli dari  beberapa Universitas di Indonesia, pihaknya akan menyelesaikan program pengembangan uji klinis. Sehingga vaksin tifoid konjugat ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secepatnya dan memberikan perlindungan menyeluruh bagi masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement