Jumat 22 Feb 2019 18:10 WIB

Bawaslu Kaji Orasi Politikus di Munajat 212

Salah satu yang dikaji adalah pidato Zulkifli Hasan.

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Muhammad Hafil
Munajat 212. Sejumlah umat muslim saat menghadiri Acara Munajat 212 di Monas, Jakarta, Kamis (21/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Munajat 212. Sejumlah umat muslim saat menghadiri Acara Munajat 212 di Monas, Jakarta, Kamis (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Koordinator Divisi Pengawasan Bawaslu DKI Jakarta, Burhanuddin, mengatakan pihaknya mengkaji orasi sejumlah politisi dalam acara Munajat 212 di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (21/2). Orasi Ketua MPR, Zulkifli Hasan, termasuk salah satu yang bakal dikaji Bawaslu.

Menurut, Burhan, pihaknya saat ini masih mengumpulkan bukti dari hasil pengawasan. Dari situ nantinya akan ditelusuri apakah ada pidato yang mengarah kepada kampanye.

Baca Juga

"Iya itu (pidato politisi) bisa dikaji," ujar Burhan saat dikonfirmasi wartawan, Jumat (22/2).

Kemudian, Bawaslu DKI Jakarta pun akan menelusuri adakah atribut kampanye yang digunakan dalam acara pada Kamis. Sebab, Burhan mengakui jika saat ini belum ada bukti yang disampaikan kepada dirinya.

"Sejauh ini saya belum menerima bukti apa-apa dari Bawaslu kota, mau ketemu nanti, apakah ada videonya atau apa. Baru setelah itu kami tentukan," tuturnya.

Karena itu, Bawaslu DKI Jakarta juga meminya masyarakat mau melaporkan jika menemukan unsur dugaan pelangggaran kampanye pada acara Munajat 212 itu. "Silakan lapor ke Bawaslu DKI Jakarta," tegas Burhan.

Dia melanjutkan, pihaknya memiliki waktu 14 hari untuk memberikan penilaian terhadap hasil temuan itu. Tujuh hari pertama dilakukan untuk mengumpulkan bukti, mengkonfirmasi, dan melakukan penilaian.

Jika masih dibutuhkan sejumlah bukti, akan ada waktu sebanyak tujuh hari lagi untuk mengumpulkannya. "Kalau memang dalam hasil penelusuran dan pengawasan kami ada dugaan pelangggaran, maka kami jadikan temuan. Sementara itu, kalau masyarakat yang melapor, kami akan jadikan itu sebagai laporan masyarakat," tambah Burhan.

Sebelumnya, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta KH Munahar menegaskan, kegiatan sholawat, dzikir dan doa bersama yang digelar MUI DKI Jakarta bersama pengurus masjid, pimpinan majelis taklim, dan ormas Islam se-DKI Jakarta di Lapangan Monas, Kamis malam tidak bermuatan politis. Namun acara ini mendapat protes dari sejumlah pihak.

Salah satunya adalah Juru Bicara TKN Jokowi-Ma’ruf Amin, Ace Hasan Syadzily, yang menilai acara tersebut dicederai dengan nuansa kampanye politik. Padahal, kata Ace, acara tersebut merupakan acara keagamaan yang tujuannya mulia.

“Sungguh mulia acara Munajat 212 tersebut. Namun, ternyata acara itu diciderai dengan nuansa kampanye. Hal itu dibuktikan dengan salam ‘dua jarinya’ Fadli Zon, orasinya Pak Zulkifli Hasan yang tendensius kampanye, Ijtima Ulama untuk pemilihan Presiden serta hadirnya tokoh2 yang mendukung Capres 02,” ujar Ace, Jumat.

Menurut Ace, acara doa bersama tentu sangat positif walaupun nuansa politisnya sangat tak bisa dihindarkan karena memakai embel-embel angka itu. Namun, kata Ace, jika doa bersama itu ternyata dipergunakan sebagai momentum untuk menyampaikan pesan-pesan politik, itu berarti sudah keluar dari niat semula.

“Karena itu, dengan melihat nuansa acara itu patut diduga acara itu merupakan bagian dari politisasi agama dan kampanye politik. Apalagi penyelenggara acara tersebut merupakan tokoh-tokoh yang selama ini dikenal pendukung Capres tertentu,” ungkap Ace. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement