Jumat 22 Feb 2019 17:24 WIB

Mahfud MD Ungkap Tiga Gerakan Kacaukan Pemilu

Mahfud temukan sejumlah insiden dengan pola berulang jelang pemilu.

Mahfud MD
Foto: Republika/Wihdan
Mahfud MD

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD mengungkapkan adanya tiga model gerakan yang bertujuan mengacaukan Pemilihan Umum 2019. Salah satunya, ledakan di Jakarta saat debat kedua calon presiden.

Selain ledakan saat debat capres, juga ada pembakaran mobil dan motor di Jawa Tengah dengan pola yang sama dan jam kejadian juga sama. Ketika ada yang tertangkap mengaku iseng, keesokan harinya kembali terjadi.

Baca Juga

"Dua minggu lalu, saya bertemu Kapolri, katanya, sudah ada 27 kasus. Dengan pola yang sama itu merupakan gerakan mengacau pemilu," kata Mahfud MD usai menghadiri kegiatan Jelajah Kebangsaan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (22/2).

Selain itu, lanjut dia, saat ini banyak beredar berita bohong atau hoaks yang jelas tidak benar hingga masyarakat resah. Salah satu contohnya berita hoaks dicoblosnya surat suara tujuh kontainer dan adanya berita hoaks bahwa KH Ma'ruf Amin akan diganti di tengah jalan jika pasangan Jokowi-Maruf menang Pemilu. Padahal, katanya, semua informasi itu tidak mendasar.

Mahfud mengatakan, gerakan mengacau pemilu yang lainnya adalah munculnya isu yang bertentangan dengan akal sehat. Seperti, KPU dinilai sebagai antek dan didekte oleh pemerintah.

"Percayalah tuduhan itu tidak benar, karena selama saya menjadi Ketua MK, mengadili kasus-kasus seperti itu KPU independen dan KPU itu dibentuk oleh partai politik, tapi kenapa dituduhkan kepada pejawat. Mohon maaf, Anda boleh pilih siapa saja, tetapi Anda melakukan sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat itu sama saja merongrong pemilu dan kredibilitas pemilu," ujar pria kelahiran Madura itu.

Mahfud MD berpesan dari kubu manapun agar tidak memproduksi dan menyebar berita-berita hoaks dalam pemilu. "Janganlah menyebar berita hoaks, kita akan terhormat apabila fair dalam kontestasi karena hoaks hasilnya tidak akan baik dan menimbulkan sakit hati antara satu dengan yang lain. Tetapi, apabila kalah secara terhormat dan menang secara terhormat, maka negara ini dapat berjalan dengan baik," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement