REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi pembicara di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Selasa (19/2). Forum tingkat dunia itu mengangkat tema From Global Issues to Local Priorities: The Role Of Cities In The Global Agenda, Including Cities For Sustainable Development, Food Security, Nutrition Ad Climate Change.”
Acara yang dihadiri sekitar 193 perwakilan negara anggota tetap PBB itu, merupakan salah satu forum penting dunia yang mengundang beberapa wali kota dan gubernur sukses untuk menjadi pembicara. Pada kesempatan itu, Risma menjelaskan tentang penanganan ketahanan pangan hingga pengentasan kemiskinan.
Dalam penanganan ketahanan pangan, Risma memastikan sudah menerapkan program urban farming sejak tahun 2010. Bahkan, urban farming yang diterapkan Pemkot Surabaya tidak menggunakan pestisida dan hanya menggunakan pupuk alami, sehingga tidak ada bahan kimianya.
“Warga kami ajak untuk menanam buah-buahan, sayuran, dan padi di tanah milik pemerintah dan juga di lingkungan mereka masing-masing. Pemkot pun memberi mereka benih dan peralatan gratis. Saat ini, padi yang mereka tanam tidak hanya beras putih, tetapi juga beras merah dan hitam,” kata Risma, tertulis dalam siaran persnya, Rabu (20/2).
Risma mengaku, program ini juga diterapkan di kampung-kampung Surabaya serta lingkungan perkotaan. Termasuk pula di sekolah dan berbagai kampus di Kota Pahlawan. Hasil urban farming ini untuk memasok kebutuhan di kota, termasuk di hotel dan restoran, serta beberapa didistribusikan ke kota-kota tetangga lainnya.
“Sebulan sekali, kami juga menyelenggarakan minggu pertanian di Taman Surya Balai Kota Surabaya. Acara itu untuk memamerkan semua produk pertanian lokal dari pertanian perkotaan,” ujarnya.
Selain pertanian, Pemkot Surabaya juga mendukung petani garam, perikanan, dan peternakan. Bahkan, saat ini Pemkot Surabaya sudah merevitalisasi kampung nelayan sambil mendorong mereka membuat kolam ikan demi meningkatkan produktivitasnya. Alhasil, saat ini mereka dapat menikmati penghasilan yang lebih baik dari bisnis mereka.
“Sedangkan untuk mengendalikan inflasi, Pemkot Surabaya secara teratur membuat operasi pasar murah dan bazar selama bulan puasa yang biasanya kebutuhan makanan pokok sangat tinggi,” kata Risma.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya itu melanjutkan, untuk meningkatkan gizi warga, Pemkot Surabaya menyediakan makanan gratis setiap hari untuk 35 ribu lebih warga, baik orang cacat, anak-anak yatim, dan penghuni Liponsos. Selain itu, Pemkot Surabaya juga memberikan makanan tambahan untuk 255 ribu lebih orang yang merupakan pasien HIV/AIDS, pasien kanker, ibu hamil, hingga pekerja sosial.
Risma juga menjelaskan langkah Pemkot Surabaya dalam mengatasi masalah kemiskinan. Dimana, Pemkot Surabaya meluncurkan pogram Pahlawan Ekonomi yang mendorong warga Surabaya untuk membuat usaha atau UMKM, sembari diberi pelatihan gratis setiap minggunya.
“Program ini awalnya hanya 89 orang pada 2010, kini telah berkembang menjadi 9.500 orang. Mereka didampingi oleh pemkot mulai dari awal hingga akhir atau pemasarannya, termasuk diajak dalam berbagai pameran,” kata dia.
Di samping itu, Pemkot Surabaya juga telah meluncurkan program Pejuang Muda yang dikhususkan bagi anak-anak muda yang ingin memulai bisnis atau usahanya. Mereka juga diberi pelatihan seperti Pahlawan Ekonomi, dan diberi pendampingan dari awal hingga akhir.
“Sekarang sudah ada 600 orang dengan UMKM nya masing-masing,” ujar dia.