REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Musim penghujan menyebabkan aliran sungai meluap dan merendam ribuah rumah di enam kecamatan dalam Kabupaten Waykanan, hingga Selasa (19/2). Tidak ada korban jiwa dalam kejadian banjir tersebut. Namun sebuah jembatan gantung terputus diterjang banjir, dan warga terpaksa mengungsi ke tempat tinggi dan aman.
“Ini banjir terbesar setelah terjadi tahun 1992, ada enam kecamatan yang terendam banjir,” kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Pemkab Waykanan Bakhril saat dikonfirmasi Republika.co.id dari Bandar Lampung, Selasa (19/2).
Menurut dia, banjir masih menggenangi rumah-rumah warga dan ladang perkebunan warga di beberapa kampung dalam enam kecamatan. Warga masih belum bisa menempati rumahnya karena banjir masih menggenangi rumah warga. Selain itu, beberapa daerah juga bajir berangsur mulai surut namun meninggalkan lumpur, sehingga warga belum mau kembali ke rumahnya.
Bakhril mengatakan warga yang berada di enam kecamatan tersebut yakni Kecamatan Negeri Agung, Bahuga, Bumi Agung, Pakuan Ratu, Negara Batin, dan Negara Besar. Dua kecamatan, yakni Negara Batin dan Negara Besar terdampak banjir terparah tahun ini. Nyaris semua rumah dan kebun warga terendam banjir setinggi dua meter.
“Banjir tahun ini memang cukup merata, dua kecamatan terparah Negara Batin dan Negara Besar. Korban jiwa tidak ada,” kata Bakhril.
Ia mengatakan, meski tidak ada korban jiwa, banjir akibat Sungai Way Besai dan Way Kanan meluap karena curah hujan yang tinggi beberapa hari terakhir, menyebabkan tanam tumbuh milik warga rusak. Selain itu, terdapat sebuah jebatan gantung hayut diterjang arus sungai. Kedua warga kampung Karang Lantang, Kecamatan Kasui, yang terhubung lewat jembatan itu kini terisolasi.
Hingga Selasa (19/2), ribuan warga di enam kecamatan tersebut masih mengungsi di rumah-rumah warga di dataran tinggi. Petugas BPBD Way Kanan juga memberikan bantuan untuk evakuasi warga ke tempat tinggi, karena curah hujan masih akan terjadi beberapa hari ke depan, khawatir sungai meluap kembali.