Selasa 19 Feb 2019 05:03 WIB

Politikus Demokrat: Data Jokowi Banyak Keliru, tidak Akurat

Data yang disampaikan Jokowi dinilainya perlu diuji forum kampus

Rep: Amri Amrullah/ Red: Hasanul Rizqa
Capres No 01 Joko Widodo dan Capres No 02 Prabowo Subianto usai debat kedua calon presiden pemilu 2019, Jakarta, Ahad (17/2).
Foto: Republika/Prayogi
Capres No 01 Joko Widodo dan Capres No 02 Prabowo Subianto usai debat kedua calon presiden pemilu 2019, Jakarta, Ahad (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Demokrat mengkritik data yang disampaikan calon presiden (capres) nomor urut 01, Joko Widodo, saat debat putaran kedua, Ahad (17/2) malam lalu. Data tersebut dianggap banyak mengandung kesalahan karena tidak akurat.

Wasekjen Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin menyebutkan, data yang disampaikan capres 01 Joko Widodo (Jokowi) pada Ahad (17/2) malam sepintas cukup meyakinkan.

Baca Juga

"Namun ternyata banyak angka-angka yang disebut berdasarkan data-data yang keliru dan tidak akurat," ujar Didi Irawadi kepada awak media, Senin (18/2).

Dia mencontohkan, adanya berbagai bantahan dari para pakar bahkan satu hari pasca-debat itu. Misalnya, pernyataan Jokowi yang menegaskan tidak ada kebakaran hutan dalam tiga tahun terakhir langsung dibantah sejumlah berita media massa nasional. Fokus pemberitaannya adalah soal kebakaran hutan yang terjadi dalam rentang tahun 2018 hingga 2017.

Didi berharap, masyarakat tidak begitu saja percaya dengan data yang disampaikan capres pejawat itu. Dia mengusulkan, data yang disampaikan Jokowi segera diuji kebenarannya oleh para ahli.

"Ada baiknya diuji kembali di dalam forum kampus, dengan melibatkan ahli-ahli yang berkompeten," kata dia.

Sebelumnya, pemaparan data oleh Jokowi dalam debat putaran kedua menuai kritik banyak pihak. Alasannya, beberapa bagian dari data tersebut cenderung tidak akurat atau mengandung banyak kesalahan.

Di antaranya, Jokowi sempat menyebutkan, dalam tiga tahun terakhir tidak ada kebakaran hutan. Namun, berdasarkan sumber Direktorat PKHL Kementrian Lingkungan Hidup dan kehutanan tahun 2018, pada 2016 saja terdapat kebakaran hutan seluas 14.604,84 hektare di Indonesia. Pada 2017, terdapat kebakaran hutan seluas 11.127,49 hektar. Adapun pada 2018 terdapat kebakaran hutan seluas 4.666,39 hektare.

Selain itu, Jokowi juga sempat mengatakan, pada 2014 Indonesia mengimpor jagung sebesar 3,5 juta ton, sedangkan pada 2018 impor komoditas itu "hanya" 180.000 ton. Pada faktanya, berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, Indonesia mengimpor jagung hingga sebesar 737.220 ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement