Senin 18 Feb 2019 21:18 WIB

Dinkes: DBD Capai 360 Kasus di Kepri

Penderita DBD paling banyak di Batam dan Tanjungpinang.

Pasien demam berdarah dengue (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pasien demam berdarah dengue (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan Riau(Kepri) mencatat kasus demam berdarah dengue (DBD) pada Januari 2018 hingga sekarang mencapai 360 kasus. Kasus ini tersebar Tanjungpinang, Batam, Karimun, Lingga dan Bintan.

"Penderita DBD paling banyak di Batam dan Tanjungpinang," kata Kadis Kesehatan Kepri Tjetjep Yudiana, di Tanjungpinang, Senin (18/2).

Baca Juga

Ia mengemukakan, Natuna dan Kepulauan Anambas tidak terdapat penderita DBD. Hal itu disebabkan permukiman warga tidak terlalu padat, dan warga tidak memberi ruang bagi nyamuk untuk berkembang biak. "Jangan menjadikan rumah sebagai ternak nyamuk. Buang air pada wadah, bersihkan bak mandi secara rutin," ujarnya.

Tjetjep mengemukakan, dua orang penderita DBD meninggal dunia. Mereka berasal dari Tanjungpinang dan Batam.

Jumlah kasus demam berdarah sangat tinggi pada 2019 bila dibanding 2018. Pada 2018, total kasus DBD mencapai 500, sedangkan pada awal 2019 sudah mencapai 360 kasus. 

Kasus demam berdarah mengalami kenaikan tinggi sejak Oktober 2018 hingga sekarang. Penyebabnya, lingkungan rumah dan sekitar rumah masih terdapat genangan air sehingga nyamuk berkembang biak. "Virus dengue yang dibawa oleh nyamuk," ujarnya.

Ia mengatakan, upaya yang perlu dilakukan yakni bersama-sama menciptakan lingkungan rumah yang bersih, dan tidak ada sarang nyamuk. Upaya yang dilakukan satu atau beberapa keluarga mencegah nyamuk berkembang biak tidak akan berhasil bila tetangganya tidak melakukan hal yang sama.

Hal itu disebabkan nyamuk dalam waktu sebentar dapat berpindah tempat. Karena itu, Tjetjep memberi apresiasi kepada Pemkot Tanjungpinang yang mengajak jajarannya dan warga untuk bergotong-royong membersihkan rumah dari sarang nyamuk.

Namun hal itu harus diikuti camat, lurah hingga di tingkat RW dan RT secara rutin sehingga kondisi lingkungan tidak ada sarang nyamuk. "Itu yang belum terlihat. Jika ingin menangani masalah ini seharusnya dimulai dari hulu, dari rumah dan lingkungan sekitar rumah, bukan dari hilir," ujarnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement