Senin 18 Feb 2019 14:35 WIB

Indonesia dan Inggris Keja Sama Keamanan Maritim

Sejumlah pelabuhan di Indonesia saat ini mengalami peningkatan kunjungan kapal asing.

Pementintah Indonesia dan Inggris melakukan kegiatan Train The Trainer Maritime Security Passenger Screening Skills di Benoa, Bali pada Senin (18/2).
Foto: Humas Ditjen Hubla
Pementintah Indonesia dan Inggris melakukan kegiatan Train The Trainer Maritime Security Passenger Screening Skills di Benoa, Bali pada Senin (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan terletak di posisi jalur perdagangan internasional di antara dua benua dan dua samudera, Indonesia berperan besar dalam kancah maritim internasional. Kondisi ini, yang tentunya menuntut penegakan keselamatan dan keamanan pelayaran yang tinggi oleh negara maritim di dunia.

Untuk itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan mumpuni dalam hal ini menyiapkan SDM petugas Direktorat Jenderal Perhubungan Laut cq. Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) agar dapat mendukung terwujudnya keselamatan dan keamanan pelayaran di perairan Indonesia.

Demikian yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut yang diwakili oleh Direktur KPLP, Ahmad usai membuka kegiatan Train The Trainer Maritime Security Passenger Screening Skills di Benoa, Bali pada Senin (18/2).

Dikatakan Ahmad, berbicara tentang keselamatan dan keamanan pelayaran tentu tidak lepas dari keselamatan dan keamanan pelayaran di perairan Indonesia. Termasuk, sarana dan prasarana transportasi seperti kapal dan pelabuhan.

Aplaagi, menurut Ahmad, sejumlah pelabuhan di Indonesia saat ini tengah mengalami peningkatan kunjungan kapal pesiar asing. Tentu saja, kata dia, pemerintah menyambut positif hal tersebut dengan harapan dapat meningkatkan perekonomian bangsa. 

Sehingga, ucap dia, hal tersebut tentunya mempunyai konsekuensi dan tantangan bagi pihak operator terminal penumpang untuk meningkatkan pelayanan terkait keamanan dan kenyamanan bagi penumpang dan pengguna jasa di dalamnya. 

"Dari sudut pandang keamanan, terminal penumpang yang merupakan tempat berkumpulnya banyak orang pada saat yang bersamaan, mempunyai resiko keamanan yang tinggi," ujar Ahmad, dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id.

Ahmad menerangkan, bahwa cara untuk menurunkan risiko keamanan terhadap fasilitas pelabuhan adalah dengan memperkuat diri baik terkait keamanan fisik maupun prosedural. Tentunya, diharapkan agar pihak pelabuhan secara konsisten melaksanakan tindakan-tindakan keamanan sesuai prosedur, yang pada akhirnya tidak menempatkan fasilitas pelabuhan sebagai soft target atau sasaran empuk bagi para pelaku tindak kejahatan.  

"Hal tersebut tentu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi perlu konsistensi dan komitmen yang kuat untuk mewujudkannya. Saya yakin bahwa dengan kerja sama yang baik antarinstansi terkait di pelabuhan serta kerja sama yang saling menguntungkan dengan negara-negara sahabat, akan tercipta keamanan maritim nasional dan global yang lebih baik," kata Ahmad.

Untuk itu, guna meningkatkan kompetensi SDM KPLP maka Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan bekerja sama dengan Pemerintah Inggris melalui International Maritime Security Operations Team (IMSOT), United Kingdom Department for Transport menyelenggarakan kegiatan Train the Trainer Maritime Security Passenger Screening Skills selama empat hari ke depan yang dimulai pada hari ini (18/2).

Sebelumnya, menurut Ahmad, pada awal 2018 yang lalu, pertama kali kursus Maritime Security Passenger Screening Skills dilaksanakan di  Pelabuhan Tanjung Priok. Namun untuk kali ini, terdapat  perbedaan pada pelaksanaannya, yaitu komposisi peserta sebagian besar adalah petugas KPLP dari Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai yang mendapatkan pelatihan untuk menjadi pelatih atau trainer dalam hal pemeriksaan terhadap penumpang kapal.

Dikatakan Ahmad, Pemerintah Indonesia, melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan, dengan pertimbangan yang seksama melihat kerja sama antara Indonesia dan Inggris sangat potensial untuk meningkatkan performa keamanan pelabuhan. Tentunya, melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas yang berada di titik akses terminal penumpang.  

Hal ini, kata dia, juga dipandang bermanfaat dan sejalan dengan program Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yaitu Pilot Project Penertiban dan Penegakan Hukum Terhadap Pemenuhan Persyaratan Kelaiklautan Kapal, Penanganan Penumpang dan Barang Serta Sterilisasi pada enam pelabuhan, yang saat ini sedang berjalan.

Adapun pada kegiatan tersebut turut hadir Deputy Heads, International Maritime Security Operations Team, United Kingdom Department for Transport, Mr. Nicholas Budge, Mr. Leigh Roy Smith dan Mr. Gerrard Traver Baker, U.S. Coast Guard, Lieutenant Commander Matthew Frazee sebagai Observer, dan para perwakilan dari Pangkalan TNI AL, Polair Polda Bali, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Benoa, Distrik Navigasi Benoa, PT. Pelindo III (Persero) Cabang Benoa, Kantor Bea Cukai Pelabuhan Benoa atau yang mewakili, Kantor Imigrasi Pelabuhan Benoa dan para Kepala Cabang beserta Pimpinan perusahaan pelayaran di Benoa yang selaku agen kapal pesiar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement