REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Debat capres kedua yang akan digelar pada Ahad (17/2) ini mengambil tema soal energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam dan lingkungan hidup. Dari kelima isu debat tersebut, isu lingkungan justru mendapat prediksi 'dingin' dari kalangan pemerhati, akademisi maupun aktivis lingkungan.
Bahkan pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengkhawatirkan isu-isu terkait dengan lingkungan akan 'tenggelam'. ''Isu lingkungan kalah pamor dengan pangan serta energi,'' kata Hendri, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (17/2).
Isu lingkungan dinilai kalah 'seksi' dari isu energi dan pangan yang diprediksi akan 'panas' dalam perdebatan nanti. Padahal, persoalan lingkungan bukannya tidak banyak di negeri ini. Masalahnya, tema lingkungan dalam visi misi kedua pasangan capres-cawapres itu tidak 'terbaca jelas' arah kebijakannya yang akan diambil nanti.
''Jadi, tidak bisa kita berharap banyak,'' kata Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan, Teguh Surya.
Sementara Manajer Kampanye Keadilan Iklim Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Yuyun Harmono, mengaku belum bisa memperkirakan bagaimana isu lingkungan akan bergulir dalam debat capres kedua nanti. ''Namun, jauh-jauh hari ternyata para aktivis dan pemerhati lingkungan pun sudah menyayangkan visi-misi Joko Widodo (Jokowi) yang terlalu umum dibanding 2014,'' kata Yuyun.
Prabowo pun dinilainya tidak menjabarkan secara jelas isu lingkungan di dalam visi-misinya. Pasangan nomor urut 02 itu hanya menyebut pemerintahan yang berwawasan lingkungan.
''Capres dengan nomor urut 2 ini belum sampai berbicara soal mengintegrasikan isu lingkungan pada rencana pembangunan nasional,'' kata Yuyun. ''Padahal, Prabowo justru punya kesempatan lebih menjabarkan inovasi apa yang dimiliki untuk menyelesaikan persoalan lingkungan dibanding petahana.''
Lepas dari prediksi tersebut, Direktur Eksekutif World Resources Institute Indonesia (WRI Indonesia) Nitarta 'Koni' Samadhi mengatakan pemahaman capres dapat menjadi tolak ukur masyarakat memilih pemimpin pro-lingkungan. ''Yang penting adalah pemahaman, tidak bisa hanya sekedar peramalan dari sisi ekonomi saja. Mereka harus sadar bahwa bahan baku (sumber daya alam/SDA) suatu saat akan habis,'' katanya.
Keberhasilan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mungkin akan menjadi salah satu isu yang akan diangkat oleh Jokowi. Hal ini berkaca pada keberhasilan menurunkan jumlah titik api dalam empat tahun terakhir pascakarhutla besar 2015 yang menghanguskan kawasan hutan dan lahan seluas 2,6 juta hektare (ha).
Topik lain yang mungkin juga akan didebatkan yakni terkait Perhutanan Sosial. Program Perhutanan Sosial pada masa Pemerintahan Jokowi yang melanjutkan era pemerintahan sebelumnya memang bergulir lebih cepat. Dalam dua tahun terakhir pemberian izin kelola untuk kelompok masyarakat melalui Perhutanan Sosial mencapai sekitar 2,53 juta ha dari 12,7 juta ha kawasan hutan yang dialokasikan.
Namun, ada pula kemungkinan Capres nomor urut 02 mempunyai ide yang sama. ''Ini mengingat jelas isu Perhutanan Sosial sangat populis,'' ujar Teguh.